06.53

BRPT Barito Pacific Tbk



JAKARTA. Nampaknya PT Barito Pacific Tbk (BRPT) belum puas menggenggam kepemilikan saham di PT Gozco Plantation Tbk (GZCO). Walau sudah memiliki 10,59%, perusahaan milik taipan Prajogo Pangestu ini menambah kembali kepemilikan sahamnya pada 6 Mei 2010.

Berdasarkan keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), BRPT kembali membeli sebanyak 789.000 saham atau 0,02%. "Sehingga, kepemilikan BRPT saat ini menjadi 11,21%," kata Agustino Sudjono, VP Investor Relations BRPT, hari ini. Kata Agustino, pembelian saham ini menggunakan kas internal.

Sayangnya, Agustino tidak mau mengatakan apakah ia akan menambah saham kembali pada perusahaan kelapa sawit ini. "Kelapa sawit itu penting bagi kita," kilahnya. Nah, saham yang telah dibeli oleh BRPT masih disimpan di broker, PT Harita Kencana Securities.

06.48

UNSP Bakrie Sumatera Plantation Tbk

Bakrie Sumatera Dapat Pinjaman US$ 15 juta

PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) mendapatkan fasilitas pinjaman sebesar US$ 15 juta. Dana tersebut berasal dari ADM Galleus Fund. UNSP akan menggunakan dana tersebut untuk melunasi kewajiban salah anak usaha UNSP, PT Grahadura Leidongprima pada Raiffeisen Zentralbank Osterreich AG (RZB-Austria).

Fitri Barnas, sekertaris perusahaan UNSP dalam keterbukaan informasi di BEI menjelaskan kalau transaksi tersebut telah mereka tanda tangani pada 10 Mei 2010. "Seluruh jaminan yang semula dijaminkan untuk kepentingan Raiffeisen Zentralbank dialihkan kepada ADM Galleus selaku kreditor," tuturnya.

UNSP menganggap transaksi ini bukan termasuk transaksi material. "Perseroan dan anak usaha perseroan telah memperoleh persetujuan yang diisyartakan oleh anggaran dasar," kata Fitri. Karena itu mereka tidak perlu meminta ijin dari pemegang saham



JAKARTA> PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) mendapatkan fasilitas pinjaman sebesar US$ 15 juta. Dana tersebut berasal dari ADM Galleus Fund. UNSP akan menggunakan dana tersebut untuk melunasi kewajiban salah anak usaha UNSP, PT Grahadura Leidongprima pada Raiffeisen Zentralbank Osterreich AG (RZB-Austria).

Fitri Barnas, sekertaris perusahaan UNSP dalam keterbukaan informasi di BEI menjelaskan kalau transaksi tersebut telah mereka tanda tangani pada 10 Mei 2010. "Seluruh jaminan yang semula dijaminkan untuk kepentingan Raiffeisen Zentralbank dialihkan kepada ADM Galleus selaku kreditor," tuturnya.

UNSP menganggap transaksi ini bukan termasuk transaksi material. "Perseroan dan anak usaha perseroan telah memperoleh persetujuan yang diisyartakan oleh anggaran dasar," kata Fitri. Karena itu mereka tidak perlu meminta ijin dari pemegang saham

07.14

BTEL Bakrie Telecom Tbk,

Bakrie Telecom Raih Dana USD250 Juta

Selasa, 11 Mei 2010 - 09:18 wib
JAKARTA - PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), melalui anak usahanya yang didirikan berdasar hukum negara Republik Singapura, Bakrie Telecom Pte Ltd telah menerbitkan obligasi dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) sebesar USD250 juta.


Selanjutnya, dana tersebut akan digunakan untuk membayar utang perseroan sebesar USD175 juta, mendanai interest reserve account perseroan sebesar USD14,4 juta, serta sisanya akan digunakan perseroan untuk kebutuhan modal kerja terkait bisnis wireless broadband serta keperluan umum perseroan.

"Obligasi tersebut memiliki bunga 11,5 persen guaranteed senior notes yang akan jatuh tempo pada 2015 mendatang," ujar manajemen perseroan, dalam keterbukaan informasi BTEL yang dipublikasikan, di Jakarta, Selasa (11/5/2010).

Dengan terlaksananya transaksi tersebut, perseroan akan memiliki sumber pendanaan tambahan sebesar USD250 juta, menjaga reputasi dan rating perseroan sebagai perusahaan yang likuid yang dapat menyelesaikan kewajibannya dan dapat meningkatkan kepercayaan investor dan para pemegang saham umumnya.

Sebelumnya perseroan dikabarkan telah memberi mandat kepada Merrill Lynch, Credit Suisse, dan Morgan Stanley untuk menangani penerbitan obligasi global hingga senilai USD250 juta ini.

Perseroan, berencana mengelar roadshow ke Singapura, Hong Kong, London, dan New York (Amerika Serikat) terkait rencana penerbitan obligasi. Sebelumnya, perseroan mengikuti equity non-deal roadshow bersama Bank of America Merryll Lynch di Hong Kong pada Februari 2010. Roadshow untuk menyampaikan informasi mengenai kinerja dan prospek perseroan.

"Kita akan melakukan penawaran internasional kepada investor lainnya diluar wilayah Indonesia," ujar keterbukaan tersebut.

Seperti diketahui, saat ini posisi utang perseroan dari pinjaman sindikasi sebesar USD145 juta dan obligasi senilai Rp600 miliar. Di mana utang tersebut berasal dari pinjaman sindikasi sebesar USD145 juta dan obligasi senilai Rp600 miliar.

06.50

BTEL Bakrie Telecom Tbk,

JAKARTA. Bisnis telekomunikasi Bakrie makin menggurita. Bakrie Telecom telah membentuk anak usaha baru dengan nama PT Bakrie Network. Anak usahanya ini akan mencecar bisnis penyedia jaringan infrastruktur telekomunikasi antara lain fiber optic.

Sayang, pihak Bakrie tidak mau mengungkapkan berapa investasi yang disiapkan untuk anak usaha yang satu ini. "Masih dalam kajian," pungkas Rahmat Junaidi, Direktur BTEL, Selasa (11/5). Namun dalam keterbukaan informasi, Bakrie Network (BNET) merupakan perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian tanggal 11 Maret 2010.

Modal dasar BNET tercatat Rp 2 miliar terbagi atas 2.000 saham, dengan nilai nominal Rp 1 juta rupiah persaham. sedangkan modal ditempatkan Rp 500 juta terbagi atas 500 saham dengan nilai nominal Rp 1 juta persaham. Direktur Utama BNET dijabat oleh Muhammad Buldansyah.

Niat PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) memasuki bisnis wireless broadband alias layanan data nampaknya makin serius. Lewat anak usahanya, PT Bakrie Connectivity berencana melakukan investasi sebesar US$ 100 juta pada tahun ini.

Jastiro Abi, Direktur Keuangan BTEL mengatakan dana investasi ini ia ambil dari bridge loan alias pinjaman talangan sebesar US$ 45 juta dari Credit Suisse, Morgan Stanley, dan Bank of Amerika Merryl Lynch, dan sisa penerbitan obligasi global sekitar US$ 55 juta.

Menurut Jastiro, hingga saat ini perseroan sudah menghabiskan dana sebesar US$ 45 juta untuk masuk ke bisnis ini. Sayang, Jastiro belum mau buka-bukaan daerah mana saja yang menjadi pilihan investasinya. "Pokoknya kita investasi layanan ini dibeberapa daerah yang kami anggap memiliki potensi yang menguntungkan," kilahnya, kemarin.


04.50

PTBA Bujkit Asam Tbk,

JAKARTA. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) berencana membagikan dividen final sebesar Rp 1,228 triliun. Artinya PTBA akan membagikan dividen 45% dari laba bersih perusahaan. Pada tahun 2009 kemarin PTBA telah berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 2,778 triliun.

Achmad Sudarto, Sekretaris Perusahaan mengatakan PTBA telah mengucurkan dividen sebesar Rp 153,6 miliar pada 15 Desember 2009. Nah, sisanya akan dibayarkan pada 15 Juni nanti.

Sebagai catatan, PTBA mempunyai 2.304.131.850 lembar saham yang beredar. Artinya, setiap saham bisa mendapatkan Rp 532,99 per saham.

04.45

SMMT Entertainment International Tbk

Diakuisisi Rajawali, Eatertainment Alih Usaha ke CPO

Jakarta - PT Entertainment International Tbk (SMMT) segera melakukan alih usaha ke sektor perkebunan kelapa sawit menyusul akuisisi 70,85% saham perseroan oleh dua perusahaan afiliasi Rajawali Group senilai Rp 12,739 miliar. Tender offer digelar seharga Rp 230 per saham.

"Rajawali Group telah mengakuisisi 70,85% saham SMMT melalui dua anak usahanya, Green Palm Resources dan Mutiara Timur Pratama," ujar sumber detikFinance, Kamis (22/4/2010).

Pekan lalu memang telah terjadi pengambilalihan atas mayoritas saham SMMT. Pada 15 April 2010, PT Mutiara Timur Pratama (MTP) membeli 18.714.000 (23,39%) saham SMMT pada harga Rp 225 per saham senilai Rp 4,210 miliar. Pembelian dilakukan dari pemegang saham sebelumnya PT AIM Trust dan afiliasinya.

Pada 16 April 2010, Green Palm Resources Pte Ltd (GPR) membeli 37.964.000 (47,46%) saham SMMT seharga Rp 224,67 per saham senilai Rp 8,529 miliar. Pembelian dilakukan dari pemegang saham sebelumnya Indrajaty Hadiwardojo yang merupakan pemegang saham individual.

Kedua perusahaan tersebut merupakan perusahaan afiliasi Rajawali Group. Total saham SMMT yang diambil alih Rajawali sebanyak 56.678.000 saham (70,85%) senilai Rp 12,739 miliar.

Sebelum akuisisi ini, SMMT merupakan perusahaan yang mengelola merek dagang Papa Rons Pizza, Amigos Restaurant, Inline Skating, Putt-Putt Golf and Games dan Ponderosa Steak House.

Sayangnya, Managing Director Rajawali, Darjoto Setyawan tidak menjawab panggilan telepon detikFinance untuk meminta klarifikasi soal masuknya Rajawali di SMMT beserta rencana perubahan usaha.

Namun bulan lalu, Darjoto mengatakan pihaknya ada rencana merambah bisnis CPO setelah menjual 23,65% saham Rajawali di PT Semen Gresik Tbk (SMGR) senilai Rp 9,821 triliun. Boleh jadi, realisasi rencana tersebut akan dilakukan melalui SMMT.

Namun Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) Eddy Sugito mengatakan dirinya telah mendengar rencana alih usaha SMMT. "Kelihatannya memang akan terjadi perubahan usaha ke sektor perkebunan, tapi kan baru akuisisi, belum selesai prosesnya. Detailnya juga kita belum terima," ujar Eddy.

Akuisisi Green Resources dan Mutiara Timur menyebabkan terjadinya perubahan pemegang saham pengendali SMMT. Oleh sebab itu, perseroan wajib menggelar tender offer atas sisa saham publik yang masih beredar.

Tan Tjoe Liang, salah satu Direktur PT Rajawali Corp yang juga menjabat sebagai direktur di Green Palm dan Mutiara Timur memastikan akan menggelar tender offer di harga Rp 230 per saham.

Dengan sisa saham publik sebanyak 13,322 juta saham (16,65%), maka dana yang harus disiapkan untuk tender offer ini sebesar Rp 3,064 miliar.

Selain dua perusahaan milik Rajawali tersebut, pada 13 April 2010, Eagle Capital, perusahaan yang dipimpin oleh Direktur Utama Harry Wiguna bersama dengan rekannya mantan Direktur Utama BEI Erry Firmansyah, juga telah membeli 10 juta (12,5%) saham SMMT pada harga Rp 225 per saham senilai Rp 2,250 miliar. Pembelian dilakukan dari pemegang saham sebelumnya bernama Elsini Tirta yang merupakan pemegang saham individual.

"Pembelian ini adalah untuk investasi jangka panjang," ujar Harry.

Sayangnya, Harry juga belum dapat membeberkan realisasi perubahan usaha yang akan dilakukan SMMT oleh Rajawali. "Itu bisa ditanyakan ke Rajawali," elaknya.

08.28

GZCO Gozco Plantations Tbk,

Pemegang Saham Gozco Setujui Dividen Rp 12 per Saham

Pemegang saham PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) menyetujui rencana pembagian dividen tahun buku 2009 sebesar Rp 60 miliar atau sebesar Rp 12 per saham dari 5 miliar lembar yang tercatat hingga saat ini. Dividen akan dibagikan pada 12 Mei 2010.

Demikian disampaikan Direktur GOZC Kho Livia Kartika seusai RUPST di Hotel Kempinski Jalan MH Thamrin Jakarta, Senin (12/4/2010).

"Sesuai dengan surat keputusan, dividen kita 10-30% dan tahun ini yang dibagikan sebesar 29,36%," ungkapnya.

Menurut jadwal dividen tersebut akan bagikan kepada pemegang sahamnya pada 12 Mei mendatang. Pemegang saham yang berhak adalah yang tercatat sampai 5 Mei 2010.

"Rencananya 12 Mei, dan nilai dividen tersebut adalag sebelum pajak," ungkapnya.

Selama kuartal I 2010 perseroan mengalami penurunan produksi sebesar 5% atau setara dengan 30-40 ribu ton. Pasalnya terjadi pergeseran masa puncak produksi yang biasanya terjadi pada kuartal I dan III, menjadi kuartal II dan IV akibat siklus curah hujan yang tinggi.

"Kami mengalami curah hujan yang sangat tinggi dalam 10 tahun terakhir. Akibat produksi mengalami penurunan sedikit 5% dibanding tahun lalu. Namun puncak produksi akan terjadi pada kuartal II dan IV mendatang. Meskipun turun, nantinya total produksi kita akan naik menjadi 175 ribu ton atau naik 14% yang sebelumnya 153 ribu ton," Direktur Operasi perseroan

07.24

TOTL Total Bangun Persada Tbk,

TOTL Total Bangun Persada Tbk,



PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) berencana akan membagikan saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham per 31 Desember 2008.

"Keputusan ini masih menunggu persetujuan pemegang saham dalam RUPSLB pada 18 Mei 2010," tulis manajemen Total dalam keterbukaan informasi BEI, Kamis (15/4).

Rencana pembagian saham bonus ini yang menjadi latar belakang melejitnya saham TOTL pada perdagangan kemarin mencapai 24,39% ke Rp255 dengan volume peradagangan mencapai 172,888 juta senilai Rp41,370 miliar. Sedangkan pukul 11.10, saham TOTl maih meningkat 15,68% ke Rp295 dengan volume perdagangan hanya 238.758 senilai Rp34,316 miliar.

Total Bangun Persada adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perseoran membangun bangunan-bangunan komersial, tempat tinggal, rumah sakit, tempat-tempat ibadah, dan sekolah-sekolah.

08.46

UNSP Bakrie Sumatera Plantation Tbk,

UNSP Cetak Laba Bersih Tumbuh 45,63%

Jakarta - PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) mencatat pertumbuhan laba bersih konsolidasi sepanjang 2009 sekitar 45,63% menjadi Rp252,784 miliar dibandingkan sebelumnya hanya Rp173,569 miliar.

Demikian penjelasan resmi manajemen di Jakarta, Rabu (31/3).

Meningkatnya laba bersih ini didongkrak dari untung kurs sekitar Rp138,015 miliar ketimbang 2008 yang menderi rugi kurs sekitar Rp243,037 miliar. Selain itu, laba bersih perusahaan asosiasi pun sebesar Rp59,637 miliar ketimbang sebelumnya rugi Rp78,690 miliar.

Sayang, per 31 Desember 2009 perseroan membukukan penurunan pendapatan bersih sekitar 20,67% dari Rp2,931 triliun menjadi Rp2,325 triliun, namun perseroan berhasil menekan beban pokok penjualan dari Rp1,909 triliun menjadi Rp1,652 triliun.

Ternyata anak usaha Bakrie ini pun masih memiliki utang pajak sekitar Rp81,865 miliar dibandingkan sebelumnya hanya Rp55,080 miliar, utang dividen pun naik dari Rp1,474 miliar menjadi Rp1,528 miliar, namun utang jatuh tempo pada tahun ini pun turun dari Rp2,648 miliar menjadi Rp2,391 miliar

08.31

DOID Delta Dunia Petroindo Tbk,

Recapital Terbitkan Obligasi Konversi Rp 10 Triliun

PT Recapital Advisors akan menerbitkan obligasi konversi berjaminan 75% saham PT Berau Energy senilai Rp 10 triliun. Obligasi ini akan ditukar guling dengan 51% saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) melalui penerbitan saham baru tanpa HMETD.

Obligasi konversi berjaminan 75% saham Berau Energy ini akan diterbitkan bersamaan dengan penerbitan 7,1 miliar saham baru DOID di harga Rp 1.400 per saham yang akan dilakukan pada April 2010.

Dengan harga sebesar Rp 1.400 per saham, maka total nilai penerbitan 7,1 miliar saham baru DOID mencapai Rp 10 triliun. Seluruh saham baru yang akan diterbitkan DOID akan dieksekusi oleh Recapital selaku pembeli siaga. Dan PT Danatama Makmur ditunjuk sebagai broker untuk melaksanakan transaksi tersebut.

Saat ini jumlah saham DOID sebanyak 6,790 miliar saham dengan struktur kepemilikan saham DOID adalah Northstar Tambang Persada Pte Ltd sebanyak 2,719 miliar saham (40,05%), CACEIS Bank/18128 sebanyak 356,374 juta saham (5,25%), sisanya milik publik.

Dengan penerbitan saham baru sebanyak 7,1 miliar saham yang seluruhnya akan diambil alih oleh Recapital, maka kepemilikan saham dalam DOID akan menjadi Recapital 7,1 miliar saham (51%), Northstar Tambang akan terdilusi menjadi 2,719 miliar saham (19,5%) dan CACEIS Bank/18128 356,374 juta saham (2,55%) dan sisanya publik.

Sedangkan obligasi konversi berjaminan 75% saham Berau Energy senilai Rp 10 triliun ini akan dibeli oleh DOID sebagaimana telah ditandatangani dalam perjanjian antara Recapital dengan DOID.
Obligasi konversi ini akan berjangka waktu 1 tahun dan akan jatuh tempo pada April 2011. Setelah obligasi ini jatuh tempo, DOID secara otomatis menguasai 75% saham Berau Energy.

Recapital merupakan pemilik 100% saham PT Berau Energy. Sedangkan PT Berau Energy merupakan pemilik 90% saham PT Berau Coal, satu-satunya perusahaan batubara yang masuk 10 besar di Indonesia yang belum menjadi perusahaan go public dengan produksi 14,3 juta ton di 2009.

Sementara DOID merupakan pemilik 100% saham PT Bukit Makmur Mandiri Utama (Buma), perusahaan kontraktor batubara terbesar di Indonesia. Buma merupakan kontraktor yang menggarap proyek batubara Berau Coal.

Skema ini merupakan strategi yang dirancang oleh Recapital guna mengintegrasikan usaha batubara Berau yang dimilikinya. Recapital melihat bahwa Berau memiliki kontrak jangka panjang dengan Buma selaku kontraktor pertambangan Berau.
Oleh sebab itu, kedua perusahaan, Recapital dan DOID memutuskan melakukan konsolidasi dengan skema di atas, yakni Recapital akan mengambil alih 51% saham DOID sedangkan DOID akan menguasai 75% saham Berau Energy.

Dengan skema transaksi di atas, Recapital tetap menjaga kepemilikan saham Berau secara tidak langsung melalui DOID.


Rencananya, DOID akan membeli obligasi wajib tukar atau mandatory exchangeable bond (MEB), yang diterbitkan Recapital Investment Group. Obligasi itu akan ditukar menjadi saham Berau. Pelaksanannya pada bulan April tahun depan.

Namun, sejauh ini belum diketahui berapa jumlah saham Berau yang nantinya akan dimiliki DOID. Sebab, banyaknya tergantung dari nilai valuasi saham Berau pada April 2011, bersamaan dengan penjualan saham perdananya ke publik (IPO).


Melalui hajatan itu, DOID berharap bisa meraup dana hingga Rp 10 triliun. "Belum tentu seluruh dana rights issue untuk membeli obligasi tukar itu," kata Komisaris Utama DOID Erry Firmansyah, kemarin.

Nah, Recapital bertindak sebagai pembeli siaga saham anyar DOID. Ini sekaligus sebagai bagian dari pembayaran pembelian saham Berau oleh DOID. Artinya, DOID dan Recapital melakoni transaksi tukar guling saham Berau.

Nantinya DOID akan memiliki 75% saham Berau. Sementara Recapital bakal menguasai 51% saham DOID. "Saya tidak membenarkan atau tidak, tapi angka itu masih belum final," ujar Erry. Sedangkan Direktur Utama Recapital Rosan P. Roslani, belum bisa dimintai konfirmasinya

06.59

TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk

Tri Polyta Bagi Dividen Rp 200
Jakarta - PT Tri Polyta Indonesia Tbk (TPIA) akan membagikan dividen tunai tahun buku 2009 sebesar Rp 200 per saham. Pembayaran dividen akan dilakukan pada 28 April 2010.

Demikian disampaikan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (22/3/2010).

TPIA membukukan laba bersih tahun 2009 sebesar Rp 482,883 miliar, melonjak tajam dibanding tahun 2008 yang mencatat kerugian sebesar Rp 13,755 miliar. Laba bersih rencananya akan digunakan untuk cadangan wajib sebesar Rp 10 miliar (2,07%), pembagian dividen tunai Rp 145,680 miliar (30,17%) serta saldo laba ditahan sebesar Rp 327,203 miliar (67,76%).

Pada 12 November 2009, perseroan telah membagikan dividen interim senilai Rp 109,260 miliar atau setara dengan Rp 150 per saham. Dengan demikian, dividen tunai final yang akan dibagikan sebesar Rp 36,420 miliar atau sebesar Rp 50 per saham.

Cum dividen tunai di pasar reguler dan negosiasi dijadwalkan pada 9 April 2010, sedangkan ex dividen tunai di pasar reguler dan negosiasi pada 12 April 2010. Cum dividen tunai di pasar tunai pada 14 April 2010 dan ex dividen tunai di pasar tunai pada 15 April 2010.

Recording date atau daftar pemegang saham yang berhak atas pembagian dividen pada 14 April 2010. Pelaksanaan pembayaran dividen tunai dijadwalkan pada 28 April 2010.

08.01

PTBA Bukit Asam Tbk,

PTBA: Diminta Setor Dividen 35-40%, Seiring Kinerja Yang Baik Tahun Lalu

Emiten batubara, PT Tambang Batubara Bukit Asam tbk kabarnya diminta untuk berikan setoran dividen 30% untuk tahun buku 2009 sebesar 0.7 trilyun. Hal ini seiring kenaikan kinerja yang dialami PTBA sepanjang tahun lalu.

Sebagai informasi, PTBA berhasil mencetak laba bersih 2009 sebesar Rp 2,727 triliun atau naik 59,75% dibandingkan laba bersih 2008 yang sebesar Rp 1,707 triliun. Peningkatan laba tesebut terdorong oleh kenaikan pendapatan sebesar 23,98% menjadi Rp 8,947 triliun.

PT Tambang Bukit Asam (PTBA) akan segera membangun rel kereta api dari Tanjung Enim, Sumsel ke Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu. Total dana investasi yang akan ditanamkan kedalam proyek ini adalah sebesar US$ 2 miliar.

Dalam pembangunan proyek ini, pihak PTBA menggandeng Pathway International. Pathway ini akan menjadi transporter sekaligus mencari refinancing dana. Proyek ini akan diselesaikan dalam jangka waktu 3 tahun, dan saat ini sudah dalam tahap pembangunan r


07.46

GZCO Gozco Plantations Tbk,


PT Barito Pacific Tbk (BRPT) tak puas hanya melakoni bisnis petrokimia. Perusahaan milik taipan Prajogo Pangestu ini juga menggarap sektor perkebunan. Sejak awal tahun ini, BRPT terus menambah kepemilikan sahamnya di PT Gozco Plantation Tbk (GZCO).

Pada 22 Januari lalu, BRPT membeli 500.000 saham GZCO, dan sebanyak 10 juta saham lagi pada 8 Maret 2010. Yang terakhir, BRPT membeli 19,2 juta saham Gozco melalui lantai bursa, 10 Maret lalu. Total, lewat tiga kali transaksi yang dilakukan melalui PT Harita Kencana Securities itu, Barito membeli 29,71 juta saham Gozco atau setara 0,59% dari total modal disetor. Sebelumnya, BRPT sudah mengempit 500 juta atau 10% saham Gozco. Sehingga, pasca aksi korporasi itu, BRPT mengoleksi 10,59% saham.

Vice President Investor Relation Barito Pacific, Agustino Sudjono, mengatakan penambahan jumlah saham tersebut dilakukan karena mereka memandang prospek bisnis kelapa sawit menjanjikan di masa depan. "Kami juga melihat Gozco sebagai perusahaan perkebunan yang memiliki prospek cerah," ujarnya, kemarin.

Agustino tidak menyebutkan harga pembelian saham Gozco berikut target jumlah pembelian saham selanjutnya. Yang jelas, BRPT masih terus berupaya mengkonsolidasikan bisnisnya. "Kami memiliki komitmen yang kuat di sektor agroindustri," imbuhnya.

Sekedar informasi, komposisi pemegang saham Gozco per 28 Februari 2010 adalah, Wildwood Investment Pte Limited memiliki 2,1 miliar saham atau 42,02% dari total saham, dan Golden Zaga Limeted sebanyak 987,75 juta saham atau 19,76% saham.
Selanjutnya, Barito mengoleksi 10,01% saham, dan Wintergreen Investment Limited sebanyak 6,13% saham. Sedangkan sisanya dimiliki oleh investor publik. Pada Senin (15/3) lalu, harga saham GZCO sebesar Rp 385 per saham atau melonjak 8,45% dari harga pada Jumat pekan lalu.

Barito terbilang rajin melakukan ekspansi. Mereka telah mengubah haluan bisnisnya dari usaha perkayuan ke petrokimia pada tahun 2007. Caranya dengan membeli saham PT CHandra Asri dan PT Tri Polyta Indonesia Tbk (TPIA). Belakangan, BPRT membeli saham GZCO ketika penawaran saham perdananya ke publik (IPO), dua tahun lalu.

Namun, kinerja BRPT hingga kuartal ketiga 2009 belum terlalu bagus. Barito mengalami defisit aset sebesar Rp 5,4 triliun. Sedangkan pendapatannya turun menjadi Rp 10,5 triliun, dari Rp 14 triliun pada periode sama 2008. Untuk laba bersih kuartal tiga 2009 Rp 560,4 miliar.

07.41

UNSP Bakrie Sumatera Plantation Tbk,

UNSP Closing Tambah Saham di Agri InternationalJAKARTA - PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) telah selesai melakukan pembelian saham PT Agri International Resources Pte Ltd (AIRPL) dari Spinnaker Global Emerging Markets Fund Limited pada 11 Maret lalu.

"Pada akhirnya perseroan memiliki 675 lembar saham yang merupakan 73,85 persen dari seluruh saham dalam AIRPL," jelas Corporate Secretary UNSP Fitri Barnas dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (17/3/2010).

Sebelumnya perseroan telah melakukan penutupan untuk transaksi penerbitan first tranche notes senilai USD77,336 juta. Adapun rencana awal perseroan bisa menerbitkan notes tersebut bisa dilakukan sampai dengan jumlah USD100 juta (fixed rate equity linked notes) dan yang jatuh tempo pada 2013.

Notes tersebut telah diambil oleh Spinnaker Global Emerging Market Fund Limited, Lim Asia Multi Strategy Fund Inc, Highview Point Master Fund Ltd, dan Millenium Global Hogh Yiled Fund Limited. Dana hasil dari penerbitan notes digunakan oleh perseroan sebagai pembayaran atas penyertaan dan atau peningkatan penyertaan.

Peningkatan penyertaan akan dilakukan perseroan di Agri International Resources Pte Ltd, Singapura. Saat ini perseroan memiliki sebanyak 334 saham atau 36,54 persen. Dengan adanya penambahan penyertaan, maka porsi perseroan di Agri International Resources akan menjadi 538 saham, atau 58,86 persen.

Selain itu, dia juga akan melakukan penambahan penyertaan pada IndoGreen International Limited, Malaysia. Adapun penyertaan saham UNSP pada IndoGreen tersebut adalah 150 saham atau sebesar 18,45 persen.

Sehubungan dengan penerbitan notes tersebut, perseroan dan anak usaha perusahaan perseroan yaitu, PT Bakrie Pasaman Plantations, PT Agrowijaya, PT Agro Mitra Madani, PT Huma Indah Mekar, dan PT Air Muring telah menandatangani dokumen-dokumen terkait dengan penerbitan notes tersebut.

Dokumen tersebut antara lain Purchase Agreement, Agency Agreement dan Trust Deed. Transaksi ini juga telah memperoleh persetujuan dari dewan komisaris perseroan, sehingga transaksi tersebut telah sesuai dengan anggaran dasar perseroan. Dia juga mengatakan jika transaksi tersebut tidak termasuk transaksi afiliasi dan transaksi material.

07.31

EXCL Excelcomindo Pratama Tbk,

Makin Murah, Pak Cik...
Lewat akuisisi operator selular XL, Telekom Malaysia Group menargetkan akan jadi operator terbesar kedua pada 2010. Ekspansi encik-encik asal negeri jiran di sektor telekomunikasi dilakukan melalui Telekom Malaysia Group dengan mengambil alih kepemilikan saham PT Excelcomindo Pratama (XL). Pada Desember 2004, Telekom Malaysia, melalui anak usahanya, yakni Telekom Malaysia International (TMI), membeli saham XL sebesar 27,3% atau setara dengan US$314 juta.


Lalu, bagaimana dengan XL? Akhir 2008 XL mencatat pertumbuhan pendapatan usaha sebesar 45% dibandingkan pada 2007, melampaui pertumbuhan pendapatan industri. Sepanjang 2008, XL berhasil menaikkan jumlah pelanggannya sebesar 68% dari tahun sebelumnya dan kini mencapai 26 juta. Dalam berbagai kesempatan, Hasnul Suhaimi, direktur utama XL, kerap mengungkapkan target XL menjadi operator terbesar kedua pada 2010.

07.08

ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk

ITMG berhasil mencetak pertumbuhan laba bersih sekitar US$335,551 juta atau naik 42,83% ketimbang laba 2008 hanya US$234,925 juta. Pertumbuhan laba bersih ini didongkrak dari penjualan bersih yang tumbuh 14,58% daru US$1,316 miliar menjadi US$1,508 miliar. Laba usaha pun berkontribusi sekitar 28,17% dari US$340,012 juta menjadi US$435,815 juta. ITMG juga mencatatkan pengeluaran sepanjang 2009 hanya US$78,831 juta atau lebih murah ketimbang yang dianggarakan sebesar US$98,502 juta. Namun, modal bersih pun cukup melonjak dibanding tahun sebelumnya hanya US$172,323 juta, di 2009 menjadi US$332,737 juta.

00.22

BUMI Bumi Resources Tbk,

JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kembali beraksi. Produsen batubara terbesar di Indonesia ini mengkonsolidasi beberapa anak usahanya yang bergerak dalam bisnis nonbatubara di bawah payung PT Bumi Resources Mineral (BRM).


Anak usaha yang dikonsolidasikan itu adalah Lemington Investments Pte. Ltd ., yang merupakan pemilik Bumi Mauritania S.A. dan Komblo Bumi Inc., Calipso Investment Pte. Ltd. yang merupakan pengendali Herald Resources Ltd., PT Citra Palu Minerals dan PT Multi Capital yang memiliki sebagian saham PT Newmont Nusa Tenggara.


Konsolidasi empat anak usaha ini diikuti oleh peningkatan modal BUMI di BRM. Nah, dana peningkatan modal itu akan digunakan BRM untuk mengambil alih tagihan milik BUMI atas anak-anak usaha nonbatubara dan mengkonversikan menjadi kepemilikan saham. Proses konsolidasi ini sudah tuntas 26 Februari lalu.


Senior Vice President Hubungan Investor BUMI, Dileep Srivastava, menuturkan, konsolidasi anak usaha nonbatubara merupakan langkah strategis yang logis. Tujuannya mengembangkan masing-masing bisnis itu. "Langkah ini untuk meningkatkan keuntungan para pemilik saham," imbuhnya kepada KONTAN, kemarin (3/3).


Tapi Dileep tidak mau menjelaskan lebih rinci mengenai strategi BUMI selanjutnya pasca aksi korporasi itu. "Tunggu saja pengumumam resmi dari perusahaan pada waktu yang kami anggap tepat," pungkasnya.


BRM bisa go public


Analis PT AAA Securities, Herman Koeswanto, menilai positif langkah konsolidasi tersebut. Sebab, dapat memperbaiki struktur permodalan dan segmentasi keuangannya. Dia belum melihat upaya ekspansi BUMI setelah mengkonsolidasi anak-anak usahanya. "Tujuan pengelompokkan ini agar mempermudah pengawasan," ujarnya.


Tetapi, Herman memperkirakan, tidak tertutup kemungkinan bagi BUMI untuk menjual sebagian saham BRM ke publik dan menjadikannya perusahaan terbuka. "Meski kemungkinannya kecil," tukasnya.


Pasalnya, Multicapital yang tergabung dalam perusahaan yang dikonsolidasikan masih memiliki agenda mencaplok 7% saham Newmont melalui divestasinya tahun ini. Saat ini, Multicapital yang tergabung dalam konsorsium Multi Daerah Bersaing telah memiliki 24% saham Newmont. Multicapital membutuhkan dana untuk melanjutkan aksi akuisisinya.

00.12

INCO International Nickel Tbk,

Inco Bagi Dividen Luar Biasa US$ 140 Juta Cetak halaman ini Kirim halaman ini ke teman via E-mail

JAKARTA, INVESTOR DAILY
PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) akan membagi dividen luar biasa senilai US$ 140,1 juta atau setara US$ 0,0141 per saham. Dividen itu akan dibayar pada 14 April tahun ini.


Hingga Maret 2010, total saham Inco tercatat sebanyak 9,93 miliar saham. Vale Inco Ltd, perusahaan tambang asal Brasil, menguasai 58,73% saham Inco. Sedangkan Sumitomo Metal Mining Co Ltd memiliki 20,09% saham dan lainnya 21,18%.

Inco akan menggunakan laba ditahan 2008 untuk membayar dividen luar biasa sebesar US$ 0,0141 per saham. “Total laba ditahan mencapai US$ 850 juta,” kata Direktur Hubungan Investor dan Sekretaris Perusahaan Inco Indra Ginting di Jakarta, Jumat (5/3).

Menurut dia, keputusan perbayaran dividen tersebut telah mempertimbangkan kinerja perusahaan yang baik saat ini. Dividen akan dibayar kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) Inco pada 29 Maret 2010.

06.24

UNSP Bakrie Sumatera Plantation Tbk,

Akuisisi Domba Mas oleh Bakrie, Madu atau Racun

Akuisisi Domba Mas bisa menjadi madu yang membuat Bakrie Sumatera gagah perkasa. Tapi, akuisisi Domba Mas juga bisa menjadi racun yang bakal membuat Bakrie Sumatera lunglai tak bertenaga.

Dari seabrek ekspansi yang dilakukan manajemen PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), rencana akuisisi PT Domba Mas (Domas) Agro Inti Prima, produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan oleokimia milik Grup Domba Mas, bisa dibilang paling obsesif.

Begitu kuat hasrat manajemen Bakrie Sumatera menguasai Domba Mas, sampai-sampai bos kelompok usaha Bakrie, Nirwan Bakrie, meminta para petinggi Bakrie Sumatera all out merealisasikan rencana tersebut.

“Pokoknya, akuisisi Domba Mas harus terealisasi, dengan cara apa pun,” tandas Nirwan Bakrie, seperti ditirukan sumber Investor Daily.

Boleh jadi, karena itulah, manajemen Bakrie Sumatera memutuskan untuk menunda aksi korporasi lainnya, termasuk rencana ekspansi perkebunan sawit dan karet ke Liberia, Afrika Barat. “Untuk sementara, kami akan konsolidasi dulu,” tutur Direktur Bakrie Sumatera Howard J Sergent.

Keinginan manajemen Bakrie Sumatera menguasai Domba Mas tinggal selangkah lagi. Hari ini (Senin, 18/1), manajemen Bakrie Sumatera menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) untuk meminta persetujuan akuisisi Domba Mas dan sejumlah perusahaan lain.

Kecuali rencana akuisisi, manajemen Bakrie Sumetara akan meminta persetujuan menambah modal melalui penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue sebanyak 9,46 miliar saham dengan harga Rp 525 per unit atau senilai total Rp 4,97 triliun.

Dari total dana hasil rights issue yang bakal diraup Bakrie Sumatera, sekitar Rp 1,1 triliun akan digunakan untuk mengakuisisi 100% saham PT Domas Agrointi Prima, sedangkan Rp 3,16 triliun lainnya untuk menambah modal anak usaha.

Kecuali Domas Agrointi Prima, Bakrie Sumatera akan menguasai 0,4% saham PT Sawitmas Agro Perkasa, 100% saham PT Industama Perkasa, 100% saham PT Flora Sawita Chemindo, 100% saham PT Domas Agrointi Perkasa, dan 100% saham PT Domas Sawitinti Perdana.

Perusahaan lain yang bakal dicaplok Bakrie Sumatera adalah PT Monrad Intan Berakat (100%), PT Julang Oca Permana (100%), dan PT Citralaras Cipta Indonesia (100%). Bakrie Sumatera juga menganggarkan Rp 1,25 triliun dana hasil rights issue untuk pengembangan usaha di bisnis hulu dan sekitar Rp 450 miliar untuk tambahan modal kerja.

Sumber Penghasilan

Menggebu-gebunya keinginan Bakrie Sumatera mengakuisisi Domba Mas tergolong wajar. Jika berhasil menguasai produsen oleokimia berkapasitas produksi 140 ribu ton fatty alcohol per tahun tersebut, Bakrie Sumatera bakal menjadi produsen oleokimia terintegrasi nomor wahid di Indonesia.

Akuisisi ini diharapkan mampu menghasilkan sinergi dari integrasi vertikal dengan industri hulu yang telah dimiliki dan dikelola perseroan," ujar Direktur Utama Bakrie Sumatera Ambono Janurianto.

Manajemen Bakrie Sumatera pun yakin betul akuisisi Domba Mas akan membuat kocek perseroan semakin tebal. “Domba Mas akan mengontribusi kenaikan pendapatan dua kali lipat pada 2011,” kata Direktur Keuangan Bakrie Sumatera Harry M Nadir.

Dalam ancar-ancar Bahana Securities, pendapatan Bakrie Sumatera tahun ini tumbuh 22,07% menjadi Rp 2,62 triliun dibanding perkiraan tahun lalu Rp 2,15 triliun. “Laba bersihnya bakal naik 20,93% dari Rp 320 miliar menjadi Rp 387 miliar,” papar analis Bahana Securities Alfi Fadhliyah.

Domba Mas menguasai lahan sawit seluas 300 ribu ha di Sumatera Utara, Aceh, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Timur. Sekitar 175 ribu ha di antaranya merupakan tanaman kelapa sawit yang berproduksi.

Adapun Bakrie Sumatera mengelola 108.844 ha area tanam di Sumatera dan Kalimantan. Lahan seluas 18.832 ha atau sekitar 17% dari total area yang dikelola perseroan ditanami karet. Bakrie Sumatera juga tengah menanami area baru serta memperluas lahan di Kalimantan dan Sumatera.


Menjadi Racun

Begitu cemerlangkah proyeksi dan asumsi-asumsi kinerja Bakrie Sumetera jika sukses mengakuisisi Domba Mas? Tentu saja tidak. Akuisisi Domba Mas masih menyisakan sejumlah “catatan kaki”. Utang Domba Mas yang mencapai US$ 314 juta, misalnya, bisa menjadi “racun”.

Kewajiban Domba Mas meliputi utang kepada PT Bank Mandiri Tbk sebesar US$ 45 juta di pabrik acid dan US$ 78 juta di pabrik refinery. Perusahaan itu pun harus merestrukturisasi kewajiban US$ 151 juta kepada Credit Suisse di pabrik alkohol dan US$ 40 juta kepada produsen kosmetik global, Procter & Gamble (P&G).

Bila terlaksana, akuisisi Domba Mas akan membuat utang Bakrie Sumatera semakin tambun. Maklum, Bakrie bakal mewarisi utang Domba Mas yang harus direstrukturisasi. Padahal, utang Bakrie sudah lumayan besar. “Belum lagi jika perseroan mencari pinjaman dari bank atau menerbitkan obligasi,” ucap Kepala Riset Valbury Asia Securities Khrisna Setiawan.

Rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER) Bakrie Sumatera memang sudah lumayan tinggi, mencapai 42,77%. Angka itu di atas DER industri perkebunan yang hanya 32,38%. DER yang terlalu tinggi tentu saja bisa menggganggu kinerja keuangan perseroan.

Dan, ternyata, besarnya utang itulah yang konon membuat sejumlah calon pembeli Domba Mas di luar Bakrie Sumatera, mundur. Lagipula, harga Domba Mas dianggap kelewat mahal.

Adalah PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) yang dua tahun lalu berniat membeli Domba Mas. Cuma, gara-gara harga yang ditawarkan terlalu tinggi, “Proses akuisisi itu batal," tutur Sekretaris Perusahaan Gozco Liviana.

Harga Saham

Di luar soal utang, langkah Bakrie Sumatera mengakuisisi Domba Mas diyakini bakal membuat harga saham emiten bersandi UNSP itu kian berotot. Hanya saja, dalam jangka pendek, “Harga UNSP kemungkinan terpengaruh rights issue,” ujar analis Citi Pacific Sekuritas Hendri Effendi.

Dalam hitung-hitungan Bahana Securities, harga UNSP berpotensi menembus Rp 1.125 dengan asumsi price to earning ratio (PER) tahun ini mencapai 11,1 kali. Pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (15/1), saham UNSP ditutup melemah Rp 20 menjadi Rp 660.

Di luar isu akuisisi, Bakrie Sumatera sedang getol berbenah. Saat ini, misalnya, perusahaan itu sedang menuntaskan pengelolaan seluruh unit perkebunannya berdasarkan prinsip kelestarian lingkungan yang digariskan dalam Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).

“Kami punya 14 unit perkebunan. Setiap tahun, kami akan mengajukan satu unit perkebunan untuk mendapatkan sertifikasi RSPO,” papar Head of Corporate Quality Bakrie Sumatera Efdy Ruzaly.

Bakrie Sumatera juga sedang merambah bisnis baru pembibitan kelapa sawit. Untuk maksud tersebut, perseroan segera membentuk anak usaha baru yang disebut Bakrie Agriculture Research Institute (BARI).

Kelak, bibit produksi BARI yang berasal dari varietas unggul, seperti Avros, Ekona, Ghana, Nigeria, Evolution, dan Compact, tak hanya dipasok untuk kebutuhan internal, tapi juga untuk dijual.

”Kami bekerja sama dengan ASD de Costa Rica sebagai penyedia tanaman induk,” ujar Seed Garden Project Manager Bakrie Sumatera Bambang Eka Syahputra. (abdul aziz)

06.08

KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk,

Menghadapi Krisis Ini Jangan Takut, tapi Harus Berani Kreasi

Ditulis oleh Redaksi-1


Meski kondisi ekonomi sedang tidak bersahabat akibat krisis ekonomi yang diembuskan dari Negeri Paman Sam, pengembang kawasan Jababeka, PT Jababeka Tbk., tidak sekali pun berniat mengerem laju ekspansinya. Perusahaan dengan kode emiten KIJA ini tetap berniat melanjutkan semua pembangunan proyek yang telah berjalan sejak tahun lalu. Rencana ekspansi terus dilakukan karena masih besarnya kebutuhan infrastruktur di dalam negeri.

S. D. Darmono, pendiri dan presiden direktur PT Jababeka Tbk., mengatakan hal tersebut kepada Evi Ratnasari dari Warta Ekonomi di sela-sela acara diskusi Entrepreneurs Forum yang diselenggarakan Ernst and Young, Rabu (29/7), di Jakarta. Seperti apa perkembangan kawasan Jababeka sekarang? Berikut penjelasan lebih lanjut dari S. D. Dharmono. Petikannya:

Seperti apa konsep pembangunan Jababeka sekarang?

Kami sebenarnya ingin membuat daya saing Jababeka juga bermanfaat bagi Indonesia secara keseluruhan. Kalau bicara tentang kekayaan, negara kita ini kaya, tetapi kita miskin dalam hal pendidikan dan kesehatan. Apa yang mesti kita perbuat untuk meningkatkan competitive advantage kita? Sumber daya manusia (SDM) perlu kita gerakkan dan tingkatkan. Maka, konsentrasi Jababeka sekarang sebetulnya lebih banyak ke pendidikan. Kami membangun education park, yaitu kawasan industri pendidikan agar daya saing Jababeka dan Indonesia bisa meningkat.

Indonesia memiliki sumber daya alam yang luar biasa, tetapi jika tidak didukung dengan sumber daya manusia yang tangguh maka akan jadi masalah. Untuk itu, kita harus mampu mempersiapkan SDM yang tangguh. Pendidikan yang terbaik itu melalui praktek. Teori dan praktek yang banyak. Tempat praktek menjadi penting. Dengan adanya 1.400 pabrik lebih dari 29 negara, Jababeka menjadi pusat praktek yang menarik. Problemnya adalah bagaimana menyambung kebutuhan pendidikan dengan pabrik-pabrik yang butuh tenaga terampil. Maka, kami bangunlah education park tujuh tahun yang lalu dengan mendatangkan tenaga-tenaga pendidik dari universitas-universitas yang baik, terutama yang mau mengubah pola dari banyak teori ke praktek.

President University merupakan pionir di Jababeka. Lima tahun yang lalu kami juga membangun Akademi Tehnik Mesin Cikarang dan akan berekspansi lebih besar lagi. Begitu pula dengan President University yang berkembang dengan fakultas-fakultas yang baru.

Kami juga mendirikan research center yang bertujuan untuk melihat apa sebetulnya yang menjadi kekuatan Indonesia. Kekuatan Indonesia terletak pada flora dan fauna atau sumber daya alam (SDA) yang kuat. SDA yang kuat ini harus diolah teknologinya. Jadi, riset kami pertama harus memanfaatkan bioteknologi, sehingga tumbuh-tumbuhan di Indonesia, apakah dari perkebunan, pertanian, buah-buahan, sayuran, dan lain-lain, bisa diolah dan memberikan nilai tambah yang tinggi lewat bioteknologi. Pengembangan bioteknologi ini kami terjemahkan dengan membangun medical city seluas 74 hektare. Lahan tersebut akan menjadi kawasan industri kesehatan yang didukung dengan kawasan pendidikan.

Jadi, Jababeka akan lebih fokus pada pembangunan kawasan pendidikan dan kesehatan?

Sebenarnya kami punya tiga pilar. Pilar pertama adalah bioteknologi, yaitu mengelola kekayaan alam kita dengan teknologi bio, kemudian diterjemahkan di lapangan dalam membangun proyek medical city. Pilar kedua kami adalah pengembangan seni dan budaya. Kita ini memiliki lebih dari 3.000 etnik atau suku yang mempunyai budaya yang berbeda-beda. Ini harus dimanfaatkan dalam bidang art and design.

Tuhan menciptakan alam ini dengan kebinekaannya dan itulah kekuatan Indonesia. Kita mempunyai Bhinneka Tunggal Ika. Nah, kebinekaan ini harus dikelola dan diterjemahkan dalam bentuk riset art and design. Melalui art and design, kita bisa kuat dalam pemasaran produk kita. Contohnya, batik, kalau dipakai menjadi sarung mungkin harganya Rp20.000‒30.000, tetapi begitu menjadi painting, harganya bisa menjadi puluhan juta rupiah.

Negara kita kaya sekali akan budaya. Coba saja datang ke Sarinah Department Store. Begitu banyak kerajinan dari Sabang sampaiMerauke terpajang di sana, tetapi nilainya tidak tinggi karena belum diterjemahkan dalam bentuk art and design. Itu sebabnya kita harus melakukan riset. Selain itu, kita juga harus mendidik anak-anak kita agar bisa membuat barang-barang yang sebetulnya murah, tetapi karena dikemas dengan bagus dan didesain dengan baik plus ditampilkan sebagai art sehingga menjadi mahal. Nah, itu semua diterjemahkan di Jababeka dengan membangun movie land seluas 36 hektare.

Movie atau film itu menyangkut art, design, fashion, dan sebagainya. Film kan tidak hanya sebagai tontonan belaka, tetapi juga bisa sebagai pendidikan, sehingga kami buat kawasan industri perfilman yang disebut Indonesia Movie Land atau akan menjadi Hollywood-nya Indonesia. Saat ini setidaknya sudah ada tiga investor yang tengah menjajaki pembangunan studio, yakni Multivision, Castle Aviga, dan satu investor asing asal Perancis.

Pilar ketiga adalah informasi dan komunikasi teknologi. Kalau kita mau mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan, pemasaran, teknologi, dan lainnya dari negara-negara maju, maka kita harus memanfaatkan dan mengembangkan ICT. Kalau anak-anak kita bisa menggunakan komputer, akses ke internet, dan bisa mengembangkan perangkat lunak di bidang informasi dan teknologi, maka kita bisa cepat majunya. Dengan ICT, anak-anak bisa cepat belajar bahasa asing dan mereka bisa cepat berhubungan dengan negara-negara lain sehingga tidak ada lagi barrier untuk belajar. Apa yang terjadi di Amerika hari ini, kita juga bisa belajar hari ini. Gap waktu menjadi tidak ada karena apa yang dipelajari anak-anak Amerika hari ini, anak-anak Indonesia di mana pun bisa mempelajarinya juga dalam waktu yang sama, sehingga ICT itu memang harus dikuasai. Maka, pilar ketiga kami dengan membangun kawasan industri cyber. ICT park kami bangun. Di sana kami sudah membangun training center hibah dari Korea senilai US$10 juta. Nah,dengan ketiga pilar ini, kami menjadi lengkap.

Ini adalah kreasi-kreasi supaya kita mampu mengubah potential demand menjadi existing demand. Potensi kita tinggi, tetapi belum eksis. Kalau kita bicara tentang sumber daya, kita kaya sekali akan sumber daya, baik alam maupun manusia. Sumber daya manusia kita banyak sekali, lebih dari 200 juta jiwa. Namun, itu semua belum existing,baru potensi. Maka, kita harus mampu mengonversikan semua itu menjadi existing demand setahap demi setahap.

Seperti apa konsep medical city yang akan dibangun Jababeka?

Medical city yang akan kami bangun benar-benar terintegrasi, lengkap, dan terpadu. Kami akan buat rumah sakit umum, tetapi memiliki spesialisasi jantung. Kalau jantung menjadi spesialisasi, maka yang lainnya juga akan menjadi bagus sebab komplikasinya tidak hanya jantung, tetapi juga menyangkut liver, ginjal, dan segala macam.

Rumah sakit ini untuk melayani karyawan dari 1.400 pabrik yang ada di sana beserta penduduk Cikarang. Para karyawan pabrik dan penduduk di sana merupakan pasar yang besar. Saat ini sudah lebih dari satu juta orang yang tinggal di daerah sana.

Medical city juga harus didukung fakultas kedokteran, perawat yang berbahasa Inggris, dan tenaga-tenaga asing, serta memanfaatkan teknologi mutakhir. Kami juga akan bangun center laboratorium. Selain itu, kami juga akan bangun hotel untuk menampung orang-orang di seluruh Indonesia dan dari negara lain yang berobat. Ini menjadi kesempatan untuk mengembangkan industri kesehatan Indonesia setaraf internasional.

Kami berharap, dengan adanya rumah sakit bertaraf internasional ini, masyarakat saat ini yang gemar berobat ke luar negeri bisa berobat di dalam negeri. Kalau masyarakat berobatnya ke luar negeri, itu merupakan disinsentif bagi perekonomian Indonesia akibat terbuangnya devisa negara.

alt

Berapa besar nilai investasi untuk semua proyek tersebut?

Saya biasanya hitung-hitungannya begini, setiap satu meter persegi memerlukan investasi Rp10 juta. Jadi, kalau 36 hektare untuk kawasan perfilman berarti membutuhkan investasi Rp3,6 triliun. Maka, kalau 74 hektare untuk medical city, maka investasinya sekitar Rp7,4 triliun. Ini baru hitungan kasar saja.


Dari mana pendanaannya?

Kami memang tidak akan mampu mengerjakan semuanya sendiri, tetapi kami menyediakan lahan dan sumber daya manusia dan juga pembangunan-pembangunan dasar. Maka, pendanaannya berasal dari pembeli, bank, dan investor yang tertarik bekerja sama. Kami juga berencana melakukan rights issue dan menerbitkan obligasi.


Berapa besar obligasi yang akan diterbitkan dan kapan waktu penerbitannya?

Saat ini memang belum apa-apa, tetapi kami harus kerjakan, secepatnya. Begitu ekonomi mulai membaik, kami akan terbitkan. Kalau kami menerbitkan saat ini percuma saja karena pasarnya juga sedang lesu.

Di tengah krisis seperti ini, Jababeka tetap membangun dan menjalankan proyek-proyek itu. Apakah krisis ini tidak berdampak terhadap Jababeka?

Kalau bicara tentang krisis, ya jelas semua sedang terkena. Cuma, kalau kita bandingkan dengan negara lain, kita ini paling kecil dampaknya. Ekonomi yang paling bagus di dunia saat ini kan Cina, India, dan Indonesia. Ketiga negara ini kan yang diprediksi masih akan tumbuh. Jadi, kalau kita tidak berani berpikir positif dan berani bertindak, maka kita akan kehilangan kesempatan. Yang penting inovasi dan keberanian bertindak. Menghadapi krisis ini jangan takut, tetapi harus berani. Merah putih harus disadari maknanya, yaitu berani karena benar. Krisis ini bukan karena kita, tetapi karena Amerika Serikat. Justru saat ini kami harus mengambil kesempatan untuk terus menjalankan rencana yang ada.


Kapan target penyelesaian proyek-proyek tersebut?

Saya tidak akan meramalkan. Pembangunan itu harus berjalan terus, sebab ini bukan pabrik. Konsep kami kan mengubah potential demandmenjadi existing demand. Ini pembangunan yang terus berkelanjutan.

Dulu Jababeka juga sempat berencana membangun kawasan energi atau energy city. Sejauh mana realisasi proyek tersebut?

Tiga tahun lalu memang ada investor dari Qatar yang ingin membuatenergy city. Saat ini kami masih menunggu itu karena mereka juga masih melihat-lihat kondisi Indonesia. Konsep energy city sendiri adalah berkumpulnya para pemain industri energi di satu tempat untuk bisa mengembangkan energi, networking, dan sebagainya. Mungkin itu lain waktu akan kami kembangkan. Sekarang kami belum siap betul. Infrastruktur kami belum mendukung. Jalan tol harus diperbaiki dulu, ditambah masalah lapangan terbang yang juga harus dibangun di Bekasi, serta kami juga harus membangun pelabuhan. Jadi, Indonesia masih butuh waktu dan saat ini masih belum tepat. Singapura saja belum kok.

07.04

UNSP Bakrie Sumatera Plantation Tbk,


JAKARTA. Keinginan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) mengakusisi aset Grup Domba Mas (Domas) semakin mendekati kenyataan. Akhir bulan ini, anak usaha Grup Bakrie ini akan merampungkan akuisisi senilai Rp 2,2 triliun tersebut. Sebagai konsekuensinya, UNSP akan merestrukturisasi utang beberapa perusahaan oleokimia di bawah Grup Domas.

Nilai utang yang direstrukturisasi mencapai US$ 269 juta. Rinciannya, utang US$ 191 juta kepada Credit Suisse, termasuk dari P&G senilai US$ 40 juta, dan utang sebesar US$ 78 juta kepada Bank Mandiri.

Menurut Direktur Utama Bakrie Sumatera Ambono Janurianto, restrukturisasi utang itu sudah mendapat persetujuan prinsip dari para kreditur. Persetujuan itu sudah mencakup klausul persyaratan seperti bunga, jaminan, dan perpanjangan jatuh tempo selama tujuh tahun ke depan.

Selain itu, UNSP telah mengantongi restu pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), kemarin, untuk mengakuisisi aset Grup Domas. Selain itu, UNSP akan menerbitkan saham baru atau rights issue sebanyak 9,45 miliar saham dengan harga penawaran Rp 525 per saham. Sehingga, duit yang diperoleh sebesar Rp 4,96 triliun.

Nah, duit inilah yang digunakan UNSP untuk mengakusisi Domas Agrointi Prima, Domas Agrointi Perkasa, dan Domas Sawitinti Perdana.
UNSP juga akan mengakusisi 100% saham dua perusahaan sawit, yakni PT Monrad Intan Barakat dan PT Citralaras Cipta Indonesia, serta satu perusahaan perkebunan karet, yaitu PT Julang Oca Permana.

Ambono menjelaskan, lahan perkebunan itu belum semuanya tertanami dan siap panen. Kemungkinan, perkebunan sawit dan karet itu baru memberikan sumbangan pendapatan bagi UNSP mulai tahun depan. "Kalau full impact terjadi di 2012," imbuhnya.

Dia menambahkan, hingga kini, UNSP belum berniat melakukan ekspansi ke luar negeri dan masih fokus pada pengembangan lahan yang sudah ada. "Bisa saja tahun depan baru ekspansi ke luar negeri," ujara Ambono.

Catatan saja, UNSP memperkirakan, laba bersih UNSP tahun lalu naik paling tidak 10% dibandingkan pencapaian 2008. Namun, pendapatannya mungkin turun karena harga jual lebih rendah.

06.51

Economy Watch

Five political risks to watch in Indonesia

Mon Feb 1, 2010 11:26am EST

By Sara Webb

JAKARTA, Feb 1 (Reuters) - Indonesia's improved economic outlook prompted a sovereign ratings upgrade by Fitch last week to one notch below investment grade, but the risk that reforms are stifled by powerful vested interests may hit markets.

Sovereign 5-year credit default swaps for Indonesia IDGV5YUSAC=R are trading at a spread of 184.00 basis points, compared to a weighted average of 134.40 for the Thomson Reuters Emerging Asia Index. Indonesia's spread has narrowed below the Philippines' sovereign CDS spread of 184.75, implying it is now seen as a lower default risk than the Philippines.

Following is a summary of key Indonesia risks to watch:

* GOVERNMENT EFFECTIVENESS IN DRIVING REFORM

President Susilo Bambang Yudhoyono, returned to a second term after a decisive election win last July, is widely regarded as a progressive, market-friendly reformer. Many investors hoped that his second term would see a faster pace of reform, and hopes were raised when he announced a cabinet in October that included top technocrats Sri Mulyani Indrawati and Mari Pangestu in the key economic posts, with a new presidential delivery unit headed by Kuntoro Mangkusubroto and another technocrat, Boediono, as vice president. But so far, the evidence suggests his second term will, like the first, move slowly in implementing reform.

Controversy over the bailout of a small bank last year may also damage reform prospects. Parliament is investigating the rescue of Bank Century, which had been backed by Indrawati and Boediono, and some lawmakers are calling for one or both of them to be replaced. So far Yudhoyono has given the pair his backing, and their supporters say the controversy is being exploited by Indonesia's corrupt old guard to try to halt reforms that could weaken their privileges. How the struggle plays out will be crucial in determining the pace of reforms. [ID:nJAK477288]

What to watch:

-- Will Boediono and Indrawati keep their jobs? If not, and particularly if they are replaced by politicians linked to the old business elites, it will be a strong signal that reform prospects are evaporating. That would spark some capital outflow, hitting stocks .JKSE, the rupiah IDRX= and bond prices in the short-run, and also make Indonesia less attractive to long-term investors. However, healthy fundamentals and a large and growing domestic consumer base would still provide reasons to invest in Indonesia even if reform prospects are dimming. [ID:nJAK527883]

-- Will Yudhoyono become embroiled in the scandal? Local media have reported that among the bank's depositors were several wealthy businessmen who later donated money to his re-election campaign. The president denies wrongdoing and there seems no immediate likelihood he will be impeached. If that changes, Indonesian assets are likely to face a sharp sell-off.

* CORRUPTION AND GOVERNANCE

Corruption has emerged as a defining issue at the start of Yudhoyono's second term, with popular anger mounting over a power struggle between the respected Corruption Eradication Commission (KPK) and the attorney-general's office and police. The KPK has made significant progress in investigating corrupt officials, but this has stirred powerful opposition. Yudhoyono has vowed to back the anti-corruption drive but has so far appeared very cautious about taking more decisive action. [ID:nnJAK470187]

What to watch:

-- Pace of reform of Indonesia's civil service, police and courts. Yudhoyono's cautious response to the power struggle over the KPK suggests he will move much more slowly than markets had hoped, confirming his reputation for preferring gradual change to bold, sweeping reform. Investors betting on more decisive reform during Yudhoyono's second term have had to adjust expectations.

-- Investor perceptions of progress in tackling corruption. In Transparency International's 2009 Corruption Perceptions Index, Indonesia's ranking improved to 111th out of 180 countries from 126th the previous year. But recent events may cause investors to re-evaluate their optimism. Markets would not see much immediate impact, but longer-term investment would suffer.

* HOT MONEY AND CAPITAL CONTROLS

The rupiah was Asia's best-performing currency in 2009 with a gain of 17 percent against the dollar, threatening Indonesia's export competitiveness. Memories are also still raw of the 1998 Asian crisis, widely blamed in Indonesia on foreign "hot money" suddenly being yanked from the country. The central bank says it will keep intervening to stem the rupiah's gains. [ID:nJAK346407]

Late last year the senior deputy governor said Bank Indonesia was studying the possibility of curbing foreign ownership of its short-term debt, sparking speculation about tighter capital controls. With Indonesia attracting increasing interest from foreign investors -- and with the Fitch upgrade likely to give inflows a further boost -- the country may decide it has to impose controls to protect exports and tame hot money.

What to watch:

-- Data on exports and speculative inflows. If problems seem likely, expect controls to be tightened. Draconian measures which send investors fleeing to the exits are unlikely -- measures would be aimed at directing flows, rather than halting them, so any negative impact on asset prices would be relatively muted. But the issue can still spook markets -- the rupiah suffered its biggest one-day sell-off in nine months last November due to mixed signals on capital controls. [ID:nHKG263506]

* SECURITY

Suicide bombings at two luxury hotels in Jakarta last July were the first major terror attacks in Indonesia since 2005 and raised concerns that the threat from militants was again on the rise. The killing of Noordin Mohammad Top and other key figures -- including the man who recruited the two suicide bombers for the attacks in July -- may significantly reduce that threat. Analysts warn, however, that other dangerous militants remain at large and further attacks cannot be ruled out.

What to watch:

-- Ability of militants to regroup and launch more attacks. Particularly if remaining militants are able to establish firm enough links with al Qaeda to secure sustained funding, expertise and recruits, the threat may be far from over. But Indonesia's markets have proven highly resilient to bomb attacks. Unless there is a significant and sustained deterioration in security, any sell-off would be small and short-term. [ID:nSP545301]

* OVER-RELIANCE ON YUDHOYONO

Many analysts worry that Indonesia's recent progress towards greater political and economic stability has been very reliant on the personal popularity and power of Yudhoyono. If anything were to happen to him, much of Indonesia's recent gains could unravel. He has no obvious successor with the support base and drive to continue the reform process. And if popular anger over corruption and the Bank Century issue significantly undermine his popularity, the perception among investors that Indonesia's political stability has greatly improved would be threatened.

06.35

PTBA Bukit Asam Tbk,

Rabu, 03/02/2010 13:29 WIB

PTBA Setor Dividen Rp 910 Miliar ke Pemerintah
Nurseffi Dwi Wahyuni - detikFinance


Jakarta - PT Tambang Bukit Asam (PTBA) berencana untuk menyetorkan dividen 2009 kepada pemerintah sebesar Rp 910 miliar atau naik 268,4 persen dari setoran dividen 2008 sebesar Rp 247 miliar.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PTBA, Soekrisno dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (3/2/2010).

"Selain dividen, iuran produksi atau royalti diperkirakan juga meningkat dari Rp 232 miliar di 2008 menjadi Rp 306 miliar di 2009," kata Soekrisno.

Berdasarkan data PTBA yang dikutip detikFinance, realisasi pendapatan perseroan di 2009 tercatat mencapai Rp 8,9 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 6 triliun berasal dari hasil ekspor, dan sisanya berasal dari hasil penjualan batubara di dalam negeri.

Pada tahun 2009, PTBA telah menjual sebesar 12,224 juta ton batubara, dengan kontribusi ekspor batubara sebesar 4,46 juta ton, dan penjualan di dalam negeri 7,764 juta ton.

Laba bersih perseroan di 2009 diperkirakan naik hampir 50% dibandingkan laba bersih 2008 yang mencapai Rp 1,7 triliun.

Proyeksi target produksi dan penjualan PTBA dari tahun ke tahun diperkirakan akan terus meningkat. Pada tahun 2010, PTBA berencana memproduksi 14 juta ton batubara dengan rencana penjualan 13,955 juta ton.

Pada 2011, produksi sebesar 20,05 juta ton dengan rencana penjualan 23,67 juta ton. Pada 2012 produksi sebesar 20,26 juta ton dengan rencana penjualan 24,1 juta ton. Sementara produksi pada 2013 diproyeksikan sebesar 25,11 juta ton dengan target penjualan 30 juta ton.

"PTBA menargetkan produksi batubaranya di tahun 2014 bisa mencapai 50 juta ton," kata Soekrisno.

Adapun upaya-upaya yang akan dilakukan untuk mencapai target-target tersebut yaitu dengan :

  1. Meningkatkan kapasitas angkutan batubara dengan kerjasama PTKA dan membangun jalur rel baru untuk mencapai kapasitas angkut menjadi 42,7 juta ton pada tahun 2014.
  2. Melakukan program akuisisi tambang-tambang yang potensial dan menjajaki KSO.
  3. Pembangunan PLTU mulut tambang dengan kapasitas 2x100 Mw, 4x600 MW serta PLTU untuk kebutuhan sendiri 3x10 Mw, 2x8 MW dan 2x10 MW.

06.50

BTEL Bakrie Telecom Tbk,

Kemana Larinya 74,55% Saham BTEL?

Pemegang pengendali saham PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) kini hanya dipegang oleh 2 perusahaan, yakni PT Bakrie&Brothers Tbk dan CS AC (Spore) S/A yang menguasai 25,45%.

Demikian data Badan Administrasi Efek PT Ficomindo Buana Registrar tertanggal 30 Desember 2009 yang dipublikasikan pada Kamis (7/1).

BAE mencatat, CA AC (Spore) hanya menguasai 8,5% setara dengan 2.300 juta lembar saham dan Bakrie&Brothers pun menempatkan 16,85% setara dengan 4.800 juta lembar saham. Perusahaan jejaring komunikasi ini pun menempatkan saham yang beredar sebanyak 28.482.417.597 lembar saham. Pertanyaannya adalah kemana larinya 74,55% saham BTEL?

Pada April 2008, BNBR memperoleh pinjaman dari Oddickson senilai US$ 1,086 miliar dengan menjaminkan 22,6% saham BUMI, 21,44% saham ELTY, 40% saham ENRG, 7,47% saham UNSP dan 27,32% saham BTEL. BNBR tidak dapat melunasi utang tersebut. Oleh karena itu, Northstar menalangi sisa utang BNBR kepada Oddickson sebesar US$ 575 juta.

Pada 12 Desember 2008, BTEL menyatakan dalam keterbukaan BEI, bahwa salah satu anak usaha Sinar Mas, PT Sinarmas Sekuritas, telah memiliki saham BTEL. Hingga 28 November 2008, Sinarmas Sekuritas, telah memiliki 6,2% saham BTEL atau sama dengan 1,76 miliar saham.

Dulu, lembaga kuangan global, Credit Suisse Singapore Branch S/A Long Haul Holdings (08/05) tercatat memegang 2,306 miliar saham atau 8,08% di PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Selain Credit Suisse PT Bakrie&Brother juga memiliki saham BTEL sebanyak 6,418 miliar lembar 22,54% dan juga, Unidex Pasific Limeted memiliki 5,02% atau 1,428 miliar saham.

Berdasarkan situs BEI, diperoleh pemegang saham BTEL yang sudah tak lagi mengendalikan antara lain, 1St Financial Company Limited, Credit Suisse Singapore Branch S/A Long Haul Holdings, Danatama Makmur, Long Haul Holdings Ltd dan ROBC (Asia) Ltd serta Unidex Pasific Limeted.

05.36

ELTY Bakrieland Development Tbk

Bakrieland Considers IDR2 Tn Financing Options


Wednesday, 6 January 2010 08:18:52
StockWatch (Jakarta) - PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) needs approximately IDR2 trillion for financing the company's projects in 2010 that consist of city property, landed residential and tollroads.

"The amount includes the cost for partnership in tollroad development projects. We cannot give the detail, but there are more than two roads in Java we are discussing about," Bakrieland's president Hiramsyah Thaib said on Monday (4/1) at the Indonesia Stock Exchange (IDX) building Jakarta.

He said the financing option is not final, and the company is considering to issue US dollar bonds, or a combination of rupiah bonds and rights issue, or setting up a strategic partnership. "We are considering the options," he said.

Bakrieland has the option of selling a stake at the company's PT Bakrie Toll Road by the end of 2010 for financing its projects. "Maybe we will sell about 10% stake. Bakrie Toll Road has planned to issue IDR500 billion bonds this year for its tollroad constructions," he said.

Besides, Bakrieland has planned to allocate IDR510 billion for buying back the company's shares in February 2010, as the company's share price was down on negative sentiment after Dubai World's default. Dubai World's subsidiary Limitless LLC, which is Bakrieland's strategic partner in various property projects.

He said further that the shares to be bought back will be sold in the market via two options, in form of conversion bonds or blocksale to a strategic partner. (irawan/bw)

23.00

BUMI Bumi Resources Tbk,

BUMI Berharap Dairi Sumbang US$ 300 Juta

JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terus berupaya melakukan diversifikasi usaha. Produsen batubara terbesar di Indonesia ini menaruh harapan besar pada potensi tambang seng dan timah hitam miliknya di Dairi, Sumatera Utara. Prediksi mereka, tambang yang dikuasai BUMI lewat Herald Resources ini mampu memberikan kontribusi pendapatan sebesar US$ 200 juta hingga US$ 300 juta per tahun.

Presiden Direktur BUMI Ari Saptari Hudaya menargetkan, produksi tambang Dairi mencapai 150.000 ton per tahun. "Ini akan terjadi saat tambang itu mencapai posisi produksi yang optimal," ujarnya kepada KONTAN, beberapa waktu lalu. Dairi terdiri atas tiga tambang, yakni Anjing Hitam, Basecamp, dan Lae Jahe. Total cadangan seng dan timah hitam di sana ditaksir 17,90 juta ton.

Sayangnya, izin operasional pembukaan tambang yang berada di kawasan hutan lindung itu belum keluar. Departemen Kehutanan belum memberikan restu kepada Herald.

Pasalnya, dua Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang kawasan hutan lindung masih dalam tahap penyelesaian. Salah satu isinya mewajibkan investor mengganti lahan seluas dua kali lipat dari lahan hutan yang mereka gunakan.

Biaya pengembangan

Ari berpendapat, sebenarnya pemerintah berkepentingan agar produksi seng dan timah dalam negeri bisa berjalan. "Karena, kini Indonesia masih mengimpor kedua komoditas itu," ujarnya. Karenanya, ia berharap izin penambangan segera terbit.

Manajemen BUMI menargetkan, Dairi bisa berproduksi dalam jangka waktu 20 bulan hingga 24 bulan sejak izin dikantongi. Anak usaha Grup Bakrie ini menganggarkan dana investasi sebesar US$ 211 juta.

Perinciannya, sebesar US$ 171 juta untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) dan biaya eksplorasi dianggarkan US$ 10 juta. Sisanya, sebesar US$ 30 juta akan digunakan untuk modal kerja. Seluruh dana tersebut bersumber dari pinjaman China Investment Corporation (CIC), yang mencapai US$ 1,9 miliar.

Pengamat pasar modal David Fernandus melihat, harga seng dan timah memang terus menanjak sejak awal tahun ini. Seharusnya, BUMI bisa mengambil kesempatan tersebut bila izin telah penambangan sudah diperoleh. Berdasarkan data London Metal Exchange (LME), pada Selasa lalu (29/12), harga seng mencapai US$ 2.548 per ton. Harga ini sudah melambung 96% dari awal 2009 yang sebesar US$ 1.300 per ton.

Hal serupa juga terjadi pada komoditas timah hitam. Harganya melonjak hingga 118,66% menjadi US$ 2.449 per ton. Padahal, awal Januari tahun ini, harganya masih sebesar
US$ 1.120 per ton.

Namun, karena tambang Dairi belum beroperasi, David tidak memasukkan potensi pendapatan tersebut ke dalam proyeksi kinerja BUMI. Ia merekomendasikan tahan saham ini. Namun, David sedang merevisi target harga untuk saham BUMI. Sebelumnya, dia menargetkan harga saham BUMI mencapai Rp 3.600 per saham hingga 12 bulan kedepan. Kemarin, harga saham BUMI turun 3% menjadi Rp 2.424 per saham.

22.47

TKIM Tjiwi Kimia Tbk

JAKARTA. Meski tak separah saudaranya, PT Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) juga harus membukukan penurunan kinerja sepanjang Januari-September 2009 ini. Pada kuartal III 2009, laba bersih TKIM harus turun 29,41% menjadi US$ 39,12 juta ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 55,42 juta.


Turunnya laba bersih emiten produsen kertas ini, diawali dari kejatuhan penjualan mereka. Pada kuartal III 2009, penjualan perusahaan hanya mencapai US$ 855,02 juta. Turun 15,1% dari penjualan pada periode yang sama tahun 2008 sebesar US$ 1,07 miliar.

Penurunan penjualan diikuti dengan penurunan laba kotor TKIM. Sampai September 2009, laba kotor TKIM turun 17,82% menjadi US4 155,4 juta dari tahun lalu sebesar US$ 189,1 juta. Beban usaha TKIM juga turun dari US$ 90,87 juta tahun lalu menjadi US$ 78,77 juta tahun ini.

Cuma, karena laba kotor sudah turun, laba usaha TKIM juga ikut terseret. Pada kuartal III 2009 ini, laba usaha TKIM turun 21,97% menjadi US$ 76,63 juta dari laba usaha tahun lalu US$ 98,2 juta.

Apalagi TKIM juga masih menanggung beban lain-lain sebesar US$ 25,29 juta. Memang turun dari beban lain-lain tahun lalu sebesar US$ 33,47 juta. Tapi, itu tidak berpengaruh signifikan. Karena, perusahaan tetap harus mengalami penurunan laba bersih.