06.24

UNSP Bakrie Sumatera Plantation Tbk,

Akuisisi Domba Mas oleh Bakrie, Madu atau Racun

Akuisisi Domba Mas bisa menjadi madu yang membuat Bakrie Sumatera gagah perkasa. Tapi, akuisisi Domba Mas juga bisa menjadi racun yang bakal membuat Bakrie Sumatera lunglai tak bertenaga.

Dari seabrek ekspansi yang dilakukan manajemen PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), rencana akuisisi PT Domba Mas (Domas) Agro Inti Prima, produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan oleokimia milik Grup Domba Mas, bisa dibilang paling obsesif.

Begitu kuat hasrat manajemen Bakrie Sumatera menguasai Domba Mas, sampai-sampai bos kelompok usaha Bakrie, Nirwan Bakrie, meminta para petinggi Bakrie Sumatera all out merealisasikan rencana tersebut.

“Pokoknya, akuisisi Domba Mas harus terealisasi, dengan cara apa pun,” tandas Nirwan Bakrie, seperti ditirukan sumber Investor Daily.

Boleh jadi, karena itulah, manajemen Bakrie Sumatera memutuskan untuk menunda aksi korporasi lainnya, termasuk rencana ekspansi perkebunan sawit dan karet ke Liberia, Afrika Barat. “Untuk sementara, kami akan konsolidasi dulu,” tutur Direktur Bakrie Sumatera Howard J Sergent.

Keinginan manajemen Bakrie Sumatera menguasai Domba Mas tinggal selangkah lagi. Hari ini (Senin, 18/1), manajemen Bakrie Sumatera menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) untuk meminta persetujuan akuisisi Domba Mas dan sejumlah perusahaan lain.

Kecuali rencana akuisisi, manajemen Bakrie Sumetara akan meminta persetujuan menambah modal melalui penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue sebanyak 9,46 miliar saham dengan harga Rp 525 per unit atau senilai total Rp 4,97 triliun.

Dari total dana hasil rights issue yang bakal diraup Bakrie Sumatera, sekitar Rp 1,1 triliun akan digunakan untuk mengakuisisi 100% saham PT Domas Agrointi Prima, sedangkan Rp 3,16 triliun lainnya untuk menambah modal anak usaha.

Kecuali Domas Agrointi Prima, Bakrie Sumatera akan menguasai 0,4% saham PT Sawitmas Agro Perkasa, 100% saham PT Industama Perkasa, 100% saham PT Flora Sawita Chemindo, 100% saham PT Domas Agrointi Perkasa, dan 100% saham PT Domas Sawitinti Perdana.

Perusahaan lain yang bakal dicaplok Bakrie Sumatera adalah PT Monrad Intan Berakat (100%), PT Julang Oca Permana (100%), dan PT Citralaras Cipta Indonesia (100%). Bakrie Sumatera juga menganggarkan Rp 1,25 triliun dana hasil rights issue untuk pengembangan usaha di bisnis hulu dan sekitar Rp 450 miliar untuk tambahan modal kerja.

Sumber Penghasilan

Menggebu-gebunya keinginan Bakrie Sumatera mengakuisisi Domba Mas tergolong wajar. Jika berhasil menguasai produsen oleokimia berkapasitas produksi 140 ribu ton fatty alcohol per tahun tersebut, Bakrie Sumatera bakal menjadi produsen oleokimia terintegrasi nomor wahid di Indonesia.

Akuisisi ini diharapkan mampu menghasilkan sinergi dari integrasi vertikal dengan industri hulu yang telah dimiliki dan dikelola perseroan," ujar Direktur Utama Bakrie Sumatera Ambono Janurianto.

Manajemen Bakrie Sumatera pun yakin betul akuisisi Domba Mas akan membuat kocek perseroan semakin tebal. “Domba Mas akan mengontribusi kenaikan pendapatan dua kali lipat pada 2011,” kata Direktur Keuangan Bakrie Sumatera Harry M Nadir.

Dalam ancar-ancar Bahana Securities, pendapatan Bakrie Sumatera tahun ini tumbuh 22,07% menjadi Rp 2,62 triliun dibanding perkiraan tahun lalu Rp 2,15 triliun. “Laba bersihnya bakal naik 20,93% dari Rp 320 miliar menjadi Rp 387 miliar,” papar analis Bahana Securities Alfi Fadhliyah.

Domba Mas menguasai lahan sawit seluas 300 ribu ha di Sumatera Utara, Aceh, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Timur. Sekitar 175 ribu ha di antaranya merupakan tanaman kelapa sawit yang berproduksi.

Adapun Bakrie Sumatera mengelola 108.844 ha area tanam di Sumatera dan Kalimantan. Lahan seluas 18.832 ha atau sekitar 17% dari total area yang dikelola perseroan ditanami karet. Bakrie Sumatera juga tengah menanami area baru serta memperluas lahan di Kalimantan dan Sumatera.


Menjadi Racun

Begitu cemerlangkah proyeksi dan asumsi-asumsi kinerja Bakrie Sumetera jika sukses mengakuisisi Domba Mas? Tentu saja tidak. Akuisisi Domba Mas masih menyisakan sejumlah “catatan kaki”. Utang Domba Mas yang mencapai US$ 314 juta, misalnya, bisa menjadi “racun”.

Kewajiban Domba Mas meliputi utang kepada PT Bank Mandiri Tbk sebesar US$ 45 juta di pabrik acid dan US$ 78 juta di pabrik refinery. Perusahaan itu pun harus merestrukturisasi kewajiban US$ 151 juta kepada Credit Suisse di pabrik alkohol dan US$ 40 juta kepada produsen kosmetik global, Procter & Gamble (P&G).

Bila terlaksana, akuisisi Domba Mas akan membuat utang Bakrie Sumatera semakin tambun. Maklum, Bakrie bakal mewarisi utang Domba Mas yang harus direstrukturisasi. Padahal, utang Bakrie sudah lumayan besar. “Belum lagi jika perseroan mencari pinjaman dari bank atau menerbitkan obligasi,” ucap Kepala Riset Valbury Asia Securities Khrisna Setiawan.

Rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER) Bakrie Sumatera memang sudah lumayan tinggi, mencapai 42,77%. Angka itu di atas DER industri perkebunan yang hanya 32,38%. DER yang terlalu tinggi tentu saja bisa menggganggu kinerja keuangan perseroan.

Dan, ternyata, besarnya utang itulah yang konon membuat sejumlah calon pembeli Domba Mas di luar Bakrie Sumatera, mundur. Lagipula, harga Domba Mas dianggap kelewat mahal.

Adalah PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) yang dua tahun lalu berniat membeli Domba Mas. Cuma, gara-gara harga yang ditawarkan terlalu tinggi, “Proses akuisisi itu batal," tutur Sekretaris Perusahaan Gozco Liviana.

Harga Saham

Di luar soal utang, langkah Bakrie Sumatera mengakuisisi Domba Mas diyakini bakal membuat harga saham emiten bersandi UNSP itu kian berotot. Hanya saja, dalam jangka pendek, “Harga UNSP kemungkinan terpengaruh rights issue,” ujar analis Citi Pacific Sekuritas Hendri Effendi.

Dalam hitung-hitungan Bahana Securities, harga UNSP berpotensi menembus Rp 1.125 dengan asumsi price to earning ratio (PER) tahun ini mencapai 11,1 kali. Pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (15/1), saham UNSP ditutup melemah Rp 20 menjadi Rp 660.

Di luar isu akuisisi, Bakrie Sumatera sedang getol berbenah. Saat ini, misalnya, perusahaan itu sedang menuntaskan pengelolaan seluruh unit perkebunannya berdasarkan prinsip kelestarian lingkungan yang digariskan dalam Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).

“Kami punya 14 unit perkebunan. Setiap tahun, kami akan mengajukan satu unit perkebunan untuk mendapatkan sertifikasi RSPO,” papar Head of Corporate Quality Bakrie Sumatera Efdy Ruzaly.

Bakrie Sumatera juga sedang merambah bisnis baru pembibitan kelapa sawit. Untuk maksud tersebut, perseroan segera membentuk anak usaha baru yang disebut Bakrie Agriculture Research Institute (BARI).

Kelak, bibit produksi BARI yang berasal dari varietas unggul, seperti Avros, Ekona, Ghana, Nigeria, Evolution, dan Compact, tak hanya dipasok untuk kebutuhan internal, tapi juga untuk dijual.

”Kami bekerja sama dengan ASD de Costa Rica sebagai penyedia tanaman induk,” ujar Seed Garden Project Manager Bakrie Sumatera Bambang Eka Syahputra. (abdul aziz)

06.08

KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk,

Menghadapi Krisis Ini Jangan Takut, tapi Harus Berani Kreasi

Ditulis oleh Redaksi-1


Meski kondisi ekonomi sedang tidak bersahabat akibat krisis ekonomi yang diembuskan dari Negeri Paman Sam, pengembang kawasan Jababeka, PT Jababeka Tbk., tidak sekali pun berniat mengerem laju ekspansinya. Perusahaan dengan kode emiten KIJA ini tetap berniat melanjutkan semua pembangunan proyek yang telah berjalan sejak tahun lalu. Rencana ekspansi terus dilakukan karena masih besarnya kebutuhan infrastruktur di dalam negeri.

S. D. Darmono, pendiri dan presiden direktur PT Jababeka Tbk., mengatakan hal tersebut kepada Evi Ratnasari dari Warta Ekonomi di sela-sela acara diskusi Entrepreneurs Forum yang diselenggarakan Ernst and Young, Rabu (29/7), di Jakarta. Seperti apa perkembangan kawasan Jababeka sekarang? Berikut penjelasan lebih lanjut dari S. D. Dharmono. Petikannya:

Seperti apa konsep pembangunan Jababeka sekarang?

Kami sebenarnya ingin membuat daya saing Jababeka juga bermanfaat bagi Indonesia secara keseluruhan. Kalau bicara tentang kekayaan, negara kita ini kaya, tetapi kita miskin dalam hal pendidikan dan kesehatan. Apa yang mesti kita perbuat untuk meningkatkan competitive advantage kita? Sumber daya manusia (SDM) perlu kita gerakkan dan tingkatkan. Maka, konsentrasi Jababeka sekarang sebetulnya lebih banyak ke pendidikan. Kami membangun education park, yaitu kawasan industri pendidikan agar daya saing Jababeka dan Indonesia bisa meningkat.

Indonesia memiliki sumber daya alam yang luar biasa, tetapi jika tidak didukung dengan sumber daya manusia yang tangguh maka akan jadi masalah. Untuk itu, kita harus mampu mempersiapkan SDM yang tangguh. Pendidikan yang terbaik itu melalui praktek. Teori dan praktek yang banyak. Tempat praktek menjadi penting. Dengan adanya 1.400 pabrik lebih dari 29 negara, Jababeka menjadi pusat praktek yang menarik. Problemnya adalah bagaimana menyambung kebutuhan pendidikan dengan pabrik-pabrik yang butuh tenaga terampil. Maka, kami bangunlah education park tujuh tahun yang lalu dengan mendatangkan tenaga-tenaga pendidik dari universitas-universitas yang baik, terutama yang mau mengubah pola dari banyak teori ke praktek.

President University merupakan pionir di Jababeka. Lima tahun yang lalu kami juga membangun Akademi Tehnik Mesin Cikarang dan akan berekspansi lebih besar lagi. Begitu pula dengan President University yang berkembang dengan fakultas-fakultas yang baru.

Kami juga mendirikan research center yang bertujuan untuk melihat apa sebetulnya yang menjadi kekuatan Indonesia. Kekuatan Indonesia terletak pada flora dan fauna atau sumber daya alam (SDA) yang kuat. SDA yang kuat ini harus diolah teknologinya. Jadi, riset kami pertama harus memanfaatkan bioteknologi, sehingga tumbuh-tumbuhan di Indonesia, apakah dari perkebunan, pertanian, buah-buahan, sayuran, dan lain-lain, bisa diolah dan memberikan nilai tambah yang tinggi lewat bioteknologi. Pengembangan bioteknologi ini kami terjemahkan dengan membangun medical city seluas 74 hektare. Lahan tersebut akan menjadi kawasan industri kesehatan yang didukung dengan kawasan pendidikan.

Jadi, Jababeka akan lebih fokus pada pembangunan kawasan pendidikan dan kesehatan?

Sebenarnya kami punya tiga pilar. Pilar pertama adalah bioteknologi, yaitu mengelola kekayaan alam kita dengan teknologi bio, kemudian diterjemahkan di lapangan dalam membangun proyek medical city. Pilar kedua kami adalah pengembangan seni dan budaya. Kita ini memiliki lebih dari 3.000 etnik atau suku yang mempunyai budaya yang berbeda-beda. Ini harus dimanfaatkan dalam bidang art and design.

Tuhan menciptakan alam ini dengan kebinekaannya dan itulah kekuatan Indonesia. Kita mempunyai Bhinneka Tunggal Ika. Nah, kebinekaan ini harus dikelola dan diterjemahkan dalam bentuk riset art and design. Melalui art and design, kita bisa kuat dalam pemasaran produk kita. Contohnya, batik, kalau dipakai menjadi sarung mungkin harganya Rp20.000‒30.000, tetapi begitu menjadi painting, harganya bisa menjadi puluhan juta rupiah.

Negara kita kaya sekali akan budaya. Coba saja datang ke Sarinah Department Store. Begitu banyak kerajinan dari Sabang sampaiMerauke terpajang di sana, tetapi nilainya tidak tinggi karena belum diterjemahkan dalam bentuk art and design. Itu sebabnya kita harus melakukan riset. Selain itu, kita juga harus mendidik anak-anak kita agar bisa membuat barang-barang yang sebetulnya murah, tetapi karena dikemas dengan bagus dan didesain dengan baik plus ditampilkan sebagai art sehingga menjadi mahal. Nah, itu semua diterjemahkan di Jababeka dengan membangun movie land seluas 36 hektare.

Movie atau film itu menyangkut art, design, fashion, dan sebagainya. Film kan tidak hanya sebagai tontonan belaka, tetapi juga bisa sebagai pendidikan, sehingga kami buat kawasan industri perfilman yang disebut Indonesia Movie Land atau akan menjadi Hollywood-nya Indonesia. Saat ini setidaknya sudah ada tiga investor yang tengah menjajaki pembangunan studio, yakni Multivision, Castle Aviga, dan satu investor asing asal Perancis.

Pilar ketiga adalah informasi dan komunikasi teknologi. Kalau kita mau mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan, pemasaran, teknologi, dan lainnya dari negara-negara maju, maka kita harus memanfaatkan dan mengembangkan ICT. Kalau anak-anak kita bisa menggunakan komputer, akses ke internet, dan bisa mengembangkan perangkat lunak di bidang informasi dan teknologi, maka kita bisa cepat majunya. Dengan ICT, anak-anak bisa cepat belajar bahasa asing dan mereka bisa cepat berhubungan dengan negara-negara lain sehingga tidak ada lagi barrier untuk belajar. Apa yang terjadi di Amerika hari ini, kita juga bisa belajar hari ini. Gap waktu menjadi tidak ada karena apa yang dipelajari anak-anak Amerika hari ini, anak-anak Indonesia di mana pun bisa mempelajarinya juga dalam waktu yang sama, sehingga ICT itu memang harus dikuasai. Maka, pilar ketiga kami dengan membangun kawasan industri cyber. ICT park kami bangun. Di sana kami sudah membangun training center hibah dari Korea senilai US$10 juta. Nah,dengan ketiga pilar ini, kami menjadi lengkap.

Ini adalah kreasi-kreasi supaya kita mampu mengubah potential demand menjadi existing demand. Potensi kita tinggi, tetapi belum eksis. Kalau kita bicara tentang sumber daya, kita kaya sekali akan sumber daya, baik alam maupun manusia. Sumber daya manusia kita banyak sekali, lebih dari 200 juta jiwa. Namun, itu semua belum existing,baru potensi. Maka, kita harus mampu mengonversikan semua itu menjadi existing demand setahap demi setahap.

Seperti apa konsep medical city yang akan dibangun Jababeka?

Medical city yang akan kami bangun benar-benar terintegrasi, lengkap, dan terpadu. Kami akan buat rumah sakit umum, tetapi memiliki spesialisasi jantung. Kalau jantung menjadi spesialisasi, maka yang lainnya juga akan menjadi bagus sebab komplikasinya tidak hanya jantung, tetapi juga menyangkut liver, ginjal, dan segala macam.

Rumah sakit ini untuk melayani karyawan dari 1.400 pabrik yang ada di sana beserta penduduk Cikarang. Para karyawan pabrik dan penduduk di sana merupakan pasar yang besar. Saat ini sudah lebih dari satu juta orang yang tinggal di daerah sana.

Medical city juga harus didukung fakultas kedokteran, perawat yang berbahasa Inggris, dan tenaga-tenaga asing, serta memanfaatkan teknologi mutakhir. Kami juga akan bangun center laboratorium. Selain itu, kami juga akan bangun hotel untuk menampung orang-orang di seluruh Indonesia dan dari negara lain yang berobat. Ini menjadi kesempatan untuk mengembangkan industri kesehatan Indonesia setaraf internasional.

Kami berharap, dengan adanya rumah sakit bertaraf internasional ini, masyarakat saat ini yang gemar berobat ke luar negeri bisa berobat di dalam negeri. Kalau masyarakat berobatnya ke luar negeri, itu merupakan disinsentif bagi perekonomian Indonesia akibat terbuangnya devisa negara.

alt

Berapa besar nilai investasi untuk semua proyek tersebut?

Saya biasanya hitung-hitungannya begini, setiap satu meter persegi memerlukan investasi Rp10 juta. Jadi, kalau 36 hektare untuk kawasan perfilman berarti membutuhkan investasi Rp3,6 triliun. Maka, kalau 74 hektare untuk medical city, maka investasinya sekitar Rp7,4 triliun. Ini baru hitungan kasar saja.


Dari mana pendanaannya?

Kami memang tidak akan mampu mengerjakan semuanya sendiri, tetapi kami menyediakan lahan dan sumber daya manusia dan juga pembangunan-pembangunan dasar. Maka, pendanaannya berasal dari pembeli, bank, dan investor yang tertarik bekerja sama. Kami juga berencana melakukan rights issue dan menerbitkan obligasi.


Berapa besar obligasi yang akan diterbitkan dan kapan waktu penerbitannya?

Saat ini memang belum apa-apa, tetapi kami harus kerjakan, secepatnya. Begitu ekonomi mulai membaik, kami akan terbitkan. Kalau kami menerbitkan saat ini percuma saja karena pasarnya juga sedang lesu.

Di tengah krisis seperti ini, Jababeka tetap membangun dan menjalankan proyek-proyek itu. Apakah krisis ini tidak berdampak terhadap Jababeka?

Kalau bicara tentang krisis, ya jelas semua sedang terkena. Cuma, kalau kita bandingkan dengan negara lain, kita ini paling kecil dampaknya. Ekonomi yang paling bagus di dunia saat ini kan Cina, India, dan Indonesia. Ketiga negara ini kan yang diprediksi masih akan tumbuh. Jadi, kalau kita tidak berani berpikir positif dan berani bertindak, maka kita akan kehilangan kesempatan. Yang penting inovasi dan keberanian bertindak. Menghadapi krisis ini jangan takut, tetapi harus berani. Merah putih harus disadari maknanya, yaitu berani karena benar. Krisis ini bukan karena kita, tetapi karena Amerika Serikat. Justru saat ini kami harus mengambil kesempatan untuk terus menjalankan rencana yang ada.


Kapan target penyelesaian proyek-proyek tersebut?

Saya tidak akan meramalkan. Pembangunan itu harus berjalan terus, sebab ini bukan pabrik. Konsep kami kan mengubah potential demandmenjadi existing demand. Ini pembangunan yang terus berkelanjutan.

Dulu Jababeka juga sempat berencana membangun kawasan energi atau energy city. Sejauh mana realisasi proyek tersebut?

Tiga tahun lalu memang ada investor dari Qatar yang ingin membuatenergy city. Saat ini kami masih menunggu itu karena mereka juga masih melihat-lihat kondisi Indonesia. Konsep energy city sendiri adalah berkumpulnya para pemain industri energi di satu tempat untuk bisa mengembangkan energi, networking, dan sebagainya. Mungkin itu lain waktu akan kami kembangkan. Sekarang kami belum siap betul. Infrastruktur kami belum mendukung. Jalan tol harus diperbaiki dulu, ditambah masalah lapangan terbang yang juga harus dibangun di Bekasi, serta kami juga harus membangun pelabuhan. Jadi, Indonesia masih butuh waktu dan saat ini masih belum tepat. Singapura saja belum kok.

07.04

UNSP Bakrie Sumatera Plantation Tbk,


JAKARTA. Keinginan PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) mengakusisi aset Grup Domba Mas (Domas) semakin mendekati kenyataan. Akhir bulan ini, anak usaha Grup Bakrie ini akan merampungkan akuisisi senilai Rp 2,2 triliun tersebut. Sebagai konsekuensinya, UNSP akan merestrukturisasi utang beberapa perusahaan oleokimia di bawah Grup Domas.

Nilai utang yang direstrukturisasi mencapai US$ 269 juta. Rinciannya, utang US$ 191 juta kepada Credit Suisse, termasuk dari P&G senilai US$ 40 juta, dan utang sebesar US$ 78 juta kepada Bank Mandiri.

Menurut Direktur Utama Bakrie Sumatera Ambono Janurianto, restrukturisasi utang itu sudah mendapat persetujuan prinsip dari para kreditur. Persetujuan itu sudah mencakup klausul persyaratan seperti bunga, jaminan, dan perpanjangan jatuh tempo selama tujuh tahun ke depan.

Selain itu, UNSP telah mengantongi restu pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), kemarin, untuk mengakuisisi aset Grup Domas. Selain itu, UNSP akan menerbitkan saham baru atau rights issue sebanyak 9,45 miliar saham dengan harga penawaran Rp 525 per saham. Sehingga, duit yang diperoleh sebesar Rp 4,96 triliun.

Nah, duit inilah yang digunakan UNSP untuk mengakusisi Domas Agrointi Prima, Domas Agrointi Perkasa, dan Domas Sawitinti Perdana.
UNSP juga akan mengakusisi 100% saham dua perusahaan sawit, yakni PT Monrad Intan Barakat dan PT Citralaras Cipta Indonesia, serta satu perusahaan perkebunan karet, yaitu PT Julang Oca Permana.

Ambono menjelaskan, lahan perkebunan itu belum semuanya tertanami dan siap panen. Kemungkinan, perkebunan sawit dan karet itu baru memberikan sumbangan pendapatan bagi UNSP mulai tahun depan. "Kalau full impact terjadi di 2012," imbuhnya.

Dia menambahkan, hingga kini, UNSP belum berniat melakukan ekspansi ke luar negeri dan masih fokus pada pengembangan lahan yang sudah ada. "Bisa saja tahun depan baru ekspansi ke luar negeri," ujara Ambono.

Catatan saja, UNSP memperkirakan, laba bersih UNSP tahun lalu naik paling tidak 10% dibandingkan pencapaian 2008. Namun, pendapatannya mungkin turun karena harga jual lebih rendah.

06.51

Economy Watch

Five political risks to watch in Indonesia

Mon Feb 1, 2010 11:26am EST

By Sara Webb

JAKARTA, Feb 1 (Reuters) - Indonesia's improved economic outlook prompted a sovereign ratings upgrade by Fitch last week to one notch below investment grade, but the risk that reforms are stifled by powerful vested interests may hit markets.

Sovereign 5-year credit default swaps for Indonesia IDGV5YUSAC=R are trading at a spread of 184.00 basis points, compared to a weighted average of 134.40 for the Thomson Reuters Emerging Asia Index. Indonesia's spread has narrowed below the Philippines' sovereign CDS spread of 184.75, implying it is now seen as a lower default risk than the Philippines.

Following is a summary of key Indonesia risks to watch:

* GOVERNMENT EFFECTIVENESS IN DRIVING REFORM

President Susilo Bambang Yudhoyono, returned to a second term after a decisive election win last July, is widely regarded as a progressive, market-friendly reformer. Many investors hoped that his second term would see a faster pace of reform, and hopes were raised when he announced a cabinet in October that included top technocrats Sri Mulyani Indrawati and Mari Pangestu in the key economic posts, with a new presidential delivery unit headed by Kuntoro Mangkusubroto and another technocrat, Boediono, as vice president. But so far, the evidence suggests his second term will, like the first, move slowly in implementing reform.

Controversy over the bailout of a small bank last year may also damage reform prospects. Parliament is investigating the rescue of Bank Century, which had been backed by Indrawati and Boediono, and some lawmakers are calling for one or both of them to be replaced. So far Yudhoyono has given the pair his backing, and their supporters say the controversy is being exploited by Indonesia's corrupt old guard to try to halt reforms that could weaken their privileges. How the struggle plays out will be crucial in determining the pace of reforms. [ID:nJAK477288]

What to watch:

-- Will Boediono and Indrawati keep their jobs? If not, and particularly if they are replaced by politicians linked to the old business elites, it will be a strong signal that reform prospects are evaporating. That would spark some capital outflow, hitting stocks .JKSE, the rupiah IDRX= and bond prices in the short-run, and also make Indonesia less attractive to long-term investors. However, healthy fundamentals and a large and growing domestic consumer base would still provide reasons to invest in Indonesia even if reform prospects are dimming. [ID:nJAK527883]

-- Will Yudhoyono become embroiled in the scandal? Local media have reported that among the bank's depositors were several wealthy businessmen who later donated money to his re-election campaign. The president denies wrongdoing and there seems no immediate likelihood he will be impeached. If that changes, Indonesian assets are likely to face a sharp sell-off.

* CORRUPTION AND GOVERNANCE

Corruption has emerged as a defining issue at the start of Yudhoyono's second term, with popular anger mounting over a power struggle between the respected Corruption Eradication Commission (KPK) and the attorney-general's office and police. The KPK has made significant progress in investigating corrupt officials, but this has stirred powerful opposition. Yudhoyono has vowed to back the anti-corruption drive but has so far appeared very cautious about taking more decisive action. [ID:nnJAK470187]

What to watch:

-- Pace of reform of Indonesia's civil service, police and courts. Yudhoyono's cautious response to the power struggle over the KPK suggests he will move much more slowly than markets had hoped, confirming his reputation for preferring gradual change to bold, sweeping reform. Investors betting on more decisive reform during Yudhoyono's second term have had to adjust expectations.

-- Investor perceptions of progress in tackling corruption. In Transparency International's 2009 Corruption Perceptions Index, Indonesia's ranking improved to 111th out of 180 countries from 126th the previous year. But recent events may cause investors to re-evaluate their optimism. Markets would not see much immediate impact, but longer-term investment would suffer.

* HOT MONEY AND CAPITAL CONTROLS

The rupiah was Asia's best-performing currency in 2009 with a gain of 17 percent against the dollar, threatening Indonesia's export competitiveness. Memories are also still raw of the 1998 Asian crisis, widely blamed in Indonesia on foreign "hot money" suddenly being yanked from the country. The central bank says it will keep intervening to stem the rupiah's gains. [ID:nJAK346407]

Late last year the senior deputy governor said Bank Indonesia was studying the possibility of curbing foreign ownership of its short-term debt, sparking speculation about tighter capital controls. With Indonesia attracting increasing interest from foreign investors -- and with the Fitch upgrade likely to give inflows a further boost -- the country may decide it has to impose controls to protect exports and tame hot money.

What to watch:

-- Data on exports and speculative inflows. If problems seem likely, expect controls to be tightened. Draconian measures which send investors fleeing to the exits are unlikely -- measures would be aimed at directing flows, rather than halting them, so any negative impact on asset prices would be relatively muted. But the issue can still spook markets -- the rupiah suffered its biggest one-day sell-off in nine months last November due to mixed signals on capital controls. [ID:nHKG263506]

* SECURITY

Suicide bombings at two luxury hotels in Jakarta last July were the first major terror attacks in Indonesia since 2005 and raised concerns that the threat from militants was again on the rise. The killing of Noordin Mohammad Top and other key figures -- including the man who recruited the two suicide bombers for the attacks in July -- may significantly reduce that threat. Analysts warn, however, that other dangerous militants remain at large and further attacks cannot be ruled out.

What to watch:

-- Ability of militants to regroup and launch more attacks. Particularly if remaining militants are able to establish firm enough links with al Qaeda to secure sustained funding, expertise and recruits, the threat may be far from over. But Indonesia's markets have proven highly resilient to bomb attacks. Unless there is a significant and sustained deterioration in security, any sell-off would be small and short-term. [ID:nSP545301]

* OVER-RELIANCE ON YUDHOYONO

Many analysts worry that Indonesia's recent progress towards greater political and economic stability has been very reliant on the personal popularity and power of Yudhoyono. If anything were to happen to him, much of Indonesia's recent gains could unravel. He has no obvious successor with the support base and drive to continue the reform process. And if popular anger over corruption and the Bank Century issue significantly undermine his popularity, the perception among investors that Indonesia's political stability has greatly improved would be threatened.

06.35

PTBA Bukit Asam Tbk,

Rabu, 03/02/2010 13:29 WIB

PTBA Setor Dividen Rp 910 Miliar ke Pemerintah
Nurseffi Dwi Wahyuni - detikFinance


Jakarta - PT Tambang Bukit Asam (PTBA) berencana untuk menyetorkan dividen 2009 kepada pemerintah sebesar Rp 910 miliar atau naik 268,4 persen dari setoran dividen 2008 sebesar Rp 247 miliar.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PTBA, Soekrisno dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (3/2/2010).

"Selain dividen, iuran produksi atau royalti diperkirakan juga meningkat dari Rp 232 miliar di 2008 menjadi Rp 306 miliar di 2009," kata Soekrisno.

Berdasarkan data PTBA yang dikutip detikFinance, realisasi pendapatan perseroan di 2009 tercatat mencapai Rp 8,9 triliun. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp 6 triliun berasal dari hasil ekspor, dan sisanya berasal dari hasil penjualan batubara di dalam negeri.

Pada tahun 2009, PTBA telah menjual sebesar 12,224 juta ton batubara, dengan kontribusi ekspor batubara sebesar 4,46 juta ton, dan penjualan di dalam negeri 7,764 juta ton.

Laba bersih perseroan di 2009 diperkirakan naik hampir 50% dibandingkan laba bersih 2008 yang mencapai Rp 1,7 triliun.

Proyeksi target produksi dan penjualan PTBA dari tahun ke tahun diperkirakan akan terus meningkat. Pada tahun 2010, PTBA berencana memproduksi 14 juta ton batubara dengan rencana penjualan 13,955 juta ton.

Pada 2011, produksi sebesar 20,05 juta ton dengan rencana penjualan 23,67 juta ton. Pada 2012 produksi sebesar 20,26 juta ton dengan rencana penjualan 24,1 juta ton. Sementara produksi pada 2013 diproyeksikan sebesar 25,11 juta ton dengan target penjualan 30 juta ton.

"PTBA menargetkan produksi batubaranya di tahun 2014 bisa mencapai 50 juta ton," kata Soekrisno.

Adapun upaya-upaya yang akan dilakukan untuk mencapai target-target tersebut yaitu dengan :

  1. Meningkatkan kapasitas angkutan batubara dengan kerjasama PTKA dan membangun jalur rel baru untuk mencapai kapasitas angkut menjadi 42,7 juta ton pada tahun 2014.
  2. Melakukan program akuisisi tambang-tambang yang potensial dan menjajaki KSO.
  3. Pembangunan PLTU mulut tambang dengan kapasitas 2x100 Mw, 4x600 MW serta PLTU untuk kebutuhan sendiri 3x10 Mw, 2x8 MW dan 2x10 MW.