PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) yang selama ini menjadi distributor bahan bakar minyak (BBM) bersiap menambang laba dari bisnis baru mereka. Keberhasilan AKRA memenangi tender distributor BBM bersubsidi di empat wilayah dan akuisisi perusahaan batubara bakal mendongkrak pendapatan dan laba mereka tahun depan.
AKRA ini memenangi tender penyaluran 109.162 kiloliter (kl) BBM bersubsidi untuk wilayah Medan, Lampung, Pontianak, dan Banjarmasin mulai tahun 2010. Tak hanya itu, perusahaan ini juga tertarik menggarap bisnis pertambangan batubara. AKRA berencana membeli 87,5% saham perusahaan pertambangan, PT Anugrah Karya Raya. Saat ini, mereka sedang melakukan uji tuntas atas tambang itu.
Sayangnya, Harianti Utami, Sekretaris Perusahaan AKRA tidak mau mengungkapkan nilai akuisisi itu. Dia juga enggan mengungkapkan jumlah cadangan batubara Anugrah. Yang jelas, akuisisi ini bukan transaksi material maupun transaksi afiliasi.
Prospek tahun depan
Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Pardomuan Sihombing menilai, langkah AKRA memasuki bisnis distribusi BBM bersubsidi sudah tepat. Sebab, ceruk pasar BBM bersubsidi ini sangat besar. Dus, kontribusi ke pendapatan perusahaan ini bakal signifikan.
Langkah AKRA melakukan diversifikasi usaha ke tambang batubara juga baik menurut Pardomuan. Dari sini, AKRA bakal mendapatkan tambahan pendapatan. Cuma, AKRA harus mengakuisisi perusahaan tambang yang memiliki cadangan batubara besar. "Agar produksinya terus berjalan," imbuhnya.
Sedangkan Analis Bahana Securities Harry Su, dalam risetnya tanggal 5 Oktober lalu, mengatakan, nilai akuisisi AKRA itu sekitar US$ 3 juta-US$ 4 juta. Namun, meski kecil, akuisisi ini akan berdampak signifikan. Sebab, bisnis infrastruktur dan logistik AKRA jadi makin optimal.
Dia juga optimistis dengan langkah AKRA menjadi distributor BBM bersubsidi. Apalagi, kapasitas penampungan AKRA telah meningkat. Pada Januari 2010, total kapasitas penampungan minyak AKRA mencapai 300.000 kl, termasuk tambahan 50.000 kl dari kerja sama dengan Vopak. "Dengan tambahan itu, kapasitas distribusinya mencapai 3,6 juta kl setahun," ujar Harry.
Cuma, lantaran baru memberikan kontribusi tahun depan, dia meramal, pendapatan AKRA tahun ini hanya akan naik 3,59% dari Rp 9,47 triliun menjadi Rp 9,81 triliun. Sementara, laba bersihnya melesat 36,2% dari Rp 210 miliar menjadi Rp 286 miliar.
Nah, AKRA baru akan mendulang kenaikan pendapatan tahun depan sebesar 11,5% menjadi Rp 10,9 triliun. Sedangkan laba bersih bakal naik 22% jadi Rp 349 miliar.
Adapun Pardomuan menghitung, tahun ini AKRA akan membukukan kenaikan laba bersih 20% jadi Rp 252 miliar.
Ia menilai, kini rasio harga terhadap laba per saham atau price to earning ratio (PER) AKRA sudah cukup tinggi, yakni 17 kali. PER pasar modal sekitar 14 kali-15 kali. Namun, karena industrinya masih bagus, saham AKRA masih layak koleksi. Pardomuan mematok target harga Rp 1.300 per saham. Harry juga menyarankan beli dengan target harga Rp 1.300 per saham. Kemarin (24/11), saham AKRA dihargai Rp 1.190 per saham.