06.08

KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk,

Menghadapi Krisis Ini Jangan Takut, tapi Harus Berani Kreasi

Ditulis oleh Redaksi-1


Meski kondisi ekonomi sedang tidak bersahabat akibat krisis ekonomi yang diembuskan dari Negeri Paman Sam, pengembang kawasan Jababeka, PT Jababeka Tbk., tidak sekali pun berniat mengerem laju ekspansinya. Perusahaan dengan kode emiten KIJA ini tetap berniat melanjutkan semua pembangunan proyek yang telah berjalan sejak tahun lalu. Rencana ekspansi terus dilakukan karena masih besarnya kebutuhan infrastruktur di dalam negeri.

S. D. Darmono, pendiri dan presiden direktur PT Jababeka Tbk., mengatakan hal tersebut kepada Evi Ratnasari dari Warta Ekonomi di sela-sela acara diskusi Entrepreneurs Forum yang diselenggarakan Ernst and Young, Rabu (29/7), di Jakarta. Seperti apa perkembangan kawasan Jababeka sekarang? Berikut penjelasan lebih lanjut dari S. D. Dharmono. Petikannya:

Seperti apa konsep pembangunan Jababeka sekarang?

Kami sebenarnya ingin membuat daya saing Jababeka juga bermanfaat bagi Indonesia secara keseluruhan. Kalau bicara tentang kekayaan, negara kita ini kaya, tetapi kita miskin dalam hal pendidikan dan kesehatan. Apa yang mesti kita perbuat untuk meningkatkan competitive advantage kita? Sumber daya manusia (SDM) perlu kita gerakkan dan tingkatkan. Maka, konsentrasi Jababeka sekarang sebetulnya lebih banyak ke pendidikan. Kami membangun education park, yaitu kawasan industri pendidikan agar daya saing Jababeka dan Indonesia bisa meningkat.

Indonesia memiliki sumber daya alam yang luar biasa, tetapi jika tidak didukung dengan sumber daya manusia yang tangguh maka akan jadi masalah. Untuk itu, kita harus mampu mempersiapkan SDM yang tangguh. Pendidikan yang terbaik itu melalui praktek. Teori dan praktek yang banyak. Tempat praktek menjadi penting. Dengan adanya 1.400 pabrik lebih dari 29 negara, Jababeka menjadi pusat praktek yang menarik. Problemnya adalah bagaimana menyambung kebutuhan pendidikan dengan pabrik-pabrik yang butuh tenaga terampil. Maka, kami bangunlah education park tujuh tahun yang lalu dengan mendatangkan tenaga-tenaga pendidik dari universitas-universitas yang baik, terutama yang mau mengubah pola dari banyak teori ke praktek.

President University merupakan pionir di Jababeka. Lima tahun yang lalu kami juga membangun Akademi Tehnik Mesin Cikarang dan akan berekspansi lebih besar lagi. Begitu pula dengan President University yang berkembang dengan fakultas-fakultas yang baru.

Kami juga mendirikan research center yang bertujuan untuk melihat apa sebetulnya yang menjadi kekuatan Indonesia. Kekuatan Indonesia terletak pada flora dan fauna atau sumber daya alam (SDA) yang kuat. SDA yang kuat ini harus diolah teknologinya. Jadi, riset kami pertama harus memanfaatkan bioteknologi, sehingga tumbuh-tumbuhan di Indonesia, apakah dari perkebunan, pertanian, buah-buahan, sayuran, dan lain-lain, bisa diolah dan memberikan nilai tambah yang tinggi lewat bioteknologi. Pengembangan bioteknologi ini kami terjemahkan dengan membangun medical city seluas 74 hektare. Lahan tersebut akan menjadi kawasan industri kesehatan yang didukung dengan kawasan pendidikan.

Jadi, Jababeka akan lebih fokus pada pembangunan kawasan pendidikan dan kesehatan?

Sebenarnya kami punya tiga pilar. Pilar pertama adalah bioteknologi, yaitu mengelola kekayaan alam kita dengan teknologi bio, kemudian diterjemahkan di lapangan dalam membangun proyek medical city. Pilar kedua kami adalah pengembangan seni dan budaya. Kita ini memiliki lebih dari 3.000 etnik atau suku yang mempunyai budaya yang berbeda-beda. Ini harus dimanfaatkan dalam bidang art and design.

Tuhan menciptakan alam ini dengan kebinekaannya dan itulah kekuatan Indonesia. Kita mempunyai Bhinneka Tunggal Ika. Nah, kebinekaan ini harus dikelola dan diterjemahkan dalam bentuk riset art and design. Melalui art and design, kita bisa kuat dalam pemasaran produk kita. Contohnya, batik, kalau dipakai menjadi sarung mungkin harganya Rp20.000‒30.000, tetapi begitu menjadi painting, harganya bisa menjadi puluhan juta rupiah.

Negara kita kaya sekali akan budaya. Coba saja datang ke Sarinah Department Store. Begitu banyak kerajinan dari Sabang sampaiMerauke terpajang di sana, tetapi nilainya tidak tinggi karena belum diterjemahkan dalam bentuk art and design. Itu sebabnya kita harus melakukan riset. Selain itu, kita juga harus mendidik anak-anak kita agar bisa membuat barang-barang yang sebetulnya murah, tetapi karena dikemas dengan bagus dan didesain dengan baik plus ditampilkan sebagai art sehingga menjadi mahal. Nah, itu semua diterjemahkan di Jababeka dengan membangun movie land seluas 36 hektare.

Movie atau film itu menyangkut art, design, fashion, dan sebagainya. Film kan tidak hanya sebagai tontonan belaka, tetapi juga bisa sebagai pendidikan, sehingga kami buat kawasan industri perfilman yang disebut Indonesia Movie Land atau akan menjadi Hollywood-nya Indonesia. Saat ini setidaknya sudah ada tiga investor yang tengah menjajaki pembangunan studio, yakni Multivision, Castle Aviga, dan satu investor asing asal Perancis.

Pilar ketiga adalah informasi dan komunikasi teknologi. Kalau kita mau mengejar ketertinggalan di bidang pendidikan, pemasaran, teknologi, dan lainnya dari negara-negara maju, maka kita harus memanfaatkan dan mengembangkan ICT. Kalau anak-anak kita bisa menggunakan komputer, akses ke internet, dan bisa mengembangkan perangkat lunak di bidang informasi dan teknologi, maka kita bisa cepat majunya. Dengan ICT, anak-anak bisa cepat belajar bahasa asing dan mereka bisa cepat berhubungan dengan negara-negara lain sehingga tidak ada lagi barrier untuk belajar. Apa yang terjadi di Amerika hari ini, kita juga bisa belajar hari ini. Gap waktu menjadi tidak ada karena apa yang dipelajari anak-anak Amerika hari ini, anak-anak Indonesia di mana pun bisa mempelajarinya juga dalam waktu yang sama, sehingga ICT itu memang harus dikuasai. Maka, pilar ketiga kami dengan membangun kawasan industri cyber. ICT park kami bangun. Di sana kami sudah membangun training center hibah dari Korea senilai US$10 juta. Nah,dengan ketiga pilar ini, kami menjadi lengkap.

Ini adalah kreasi-kreasi supaya kita mampu mengubah potential demand menjadi existing demand. Potensi kita tinggi, tetapi belum eksis. Kalau kita bicara tentang sumber daya, kita kaya sekali akan sumber daya, baik alam maupun manusia. Sumber daya manusia kita banyak sekali, lebih dari 200 juta jiwa. Namun, itu semua belum existing,baru potensi. Maka, kita harus mampu mengonversikan semua itu menjadi existing demand setahap demi setahap.

Seperti apa konsep medical city yang akan dibangun Jababeka?

Medical city yang akan kami bangun benar-benar terintegrasi, lengkap, dan terpadu. Kami akan buat rumah sakit umum, tetapi memiliki spesialisasi jantung. Kalau jantung menjadi spesialisasi, maka yang lainnya juga akan menjadi bagus sebab komplikasinya tidak hanya jantung, tetapi juga menyangkut liver, ginjal, dan segala macam.

Rumah sakit ini untuk melayani karyawan dari 1.400 pabrik yang ada di sana beserta penduduk Cikarang. Para karyawan pabrik dan penduduk di sana merupakan pasar yang besar. Saat ini sudah lebih dari satu juta orang yang tinggal di daerah sana.

Medical city juga harus didukung fakultas kedokteran, perawat yang berbahasa Inggris, dan tenaga-tenaga asing, serta memanfaatkan teknologi mutakhir. Kami juga akan bangun center laboratorium. Selain itu, kami juga akan bangun hotel untuk menampung orang-orang di seluruh Indonesia dan dari negara lain yang berobat. Ini menjadi kesempatan untuk mengembangkan industri kesehatan Indonesia setaraf internasional.

Kami berharap, dengan adanya rumah sakit bertaraf internasional ini, masyarakat saat ini yang gemar berobat ke luar negeri bisa berobat di dalam negeri. Kalau masyarakat berobatnya ke luar negeri, itu merupakan disinsentif bagi perekonomian Indonesia akibat terbuangnya devisa negara.

alt

Berapa besar nilai investasi untuk semua proyek tersebut?

Saya biasanya hitung-hitungannya begini, setiap satu meter persegi memerlukan investasi Rp10 juta. Jadi, kalau 36 hektare untuk kawasan perfilman berarti membutuhkan investasi Rp3,6 triliun. Maka, kalau 74 hektare untuk medical city, maka investasinya sekitar Rp7,4 triliun. Ini baru hitungan kasar saja.


Dari mana pendanaannya?

Kami memang tidak akan mampu mengerjakan semuanya sendiri, tetapi kami menyediakan lahan dan sumber daya manusia dan juga pembangunan-pembangunan dasar. Maka, pendanaannya berasal dari pembeli, bank, dan investor yang tertarik bekerja sama. Kami juga berencana melakukan rights issue dan menerbitkan obligasi.


Berapa besar obligasi yang akan diterbitkan dan kapan waktu penerbitannya?

Saat ini memang belum apa-apa, tetapi kami harus kerjakan, secepatnya. Begitu ekonomi mulai membaik, kami akan terbitkan. Kalau kami menerbitkan saat ini percuma saja karena pasarnya juga sedang lesu.

Di tengah krisis seperti ini, Jababeka tetap membangun dan menjalankan proyek-proyek itu. Apakah krisis ini tidak berdampak terhadap Jababeka?

Kalau bicara tentang krisis, ya jelas semua sedang terkena. Cuma, kalau kita bandingkan dengan negara lain, kita ini paling kecil dampaknya. Ekonomi yang paling bagus di dunia saat ini kan Cina, India, dan Indonesia. Ketiga negara ini kan yang diprediksi masih akan tumbuh. Jadi, kalau kita tidak berani berpikir positif dan berani bertindak, maka kita akan kehilangan kesempatan. Yang penting inovasi dan keberanian bertindak. Menghadapi krisis ini jangan takut, tetapi harus berani. Merah putih harus disadari maknanya, yaitu berani karena benar. Krisis ini bukan karena kita, tetapi karena Amerika Serikat. Justru saat ini kami harus mengambil kesempatan untuk terus menjalankan rencana yang ada.


Kapan target penyelesaian proyek-proyek tersebut?

Saya tidak akan meramalkan. Pembangunan itu harus berjalan terus, sebab ini bukan pabrik. Konsep kami kan mengubah potential demandmenjadi existing demand. Ini pembangunan yang terus berkelanjutan.

Dulu Jababeka juga sempat berencana membangun kawasan energi atau energy city. Sejauh mana realisasi proyek tersebut?

Tiga tahun lalu memang ada investor dari Qatar yang ingin membuatenergy city. Saat ini kami masih menunggu itu karena mereka juga masih melihat-lihat kondisi Indonesia. Konsep energy city sendiri adalah berkumpulnya para pemain industri energi di satu tempat untuk bisa mengembangkan energi, networking, dan sebagainya. Mungkin itu lain waktu akan kami kembangkan. Sekarang kami belum siap betul. Infrastruktur kami belum mendukung. Jalan tol harus diperbaiki dulu, ditambah masalah lapangan terbang yang juga harus dibangun di Bekasi, serta kami juga harus membangun pelabuhan. Jadi, Indonesia masih butuh waktu dan saat ini masih belum tepat. Singapura saja belum kok.

0 komentar: