06.24

UNSP Bakrie Sumatera Plantation Tbk,

Akuisisi Domba Mas oleh Bakrie, Madu atau Racun

Akuisisi Domba Mas bisa menjadi madu yang membuat Bakrie Sumatera gagah perkasa. Tapi, akuisisi Domba Mas juga bisa menjadi racun yang bakal membuat Bakrie Sumatera lunglai tak bertenaga.

Dari seabrek ekspansi yang dilakukan manajemen PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), rencana akuisisi PT Domba Mas (Domas) Agro Inti Prima, produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan oleokimia milik Grup Domba Mas, bisa dibilang paling obsesif.

Begitu kuat hasrat manajemen Bakrie Sumatera menguasai Domba Mas, sampai-sampai bos kelompok usaha Bakrie, Nirwan Bakrie, meminta para petinggi Bakrie Sumatera all out merealisasikan rencana tersebut.

“Pokoknya, akuisisi Domba Mas harus terealisasi, dengan cara apa pun,” tandas Nirwan Bakrie, seperti ditirukan sumber Investor Daily.

Boleh jadi, karena itulah, manajemen Bakrie Sumatera memutuskan untuk menunda aksi korporasi lainnya, termasuk rencana ekspansi perkebunan sawit dan karet ke Liberia, Afrika Barat. “Untuk sementara, kami akan konsolidasi dulu,” tutur Direktur Bakrie Sumatera Howard J Sergent.

Keinginan manajemen Bakrie Sumatera menguasai Domba Mas tinggal selangkah lagi. Hari ini (Senin, 18/1), manajemen Bakrie Sumatera menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) untuk meminta persetujuan akuisisi Domba Mas dan sejumlah perusahaan lain.

Kecuali rencana akuisisi, manajemen Bakrie Sumetara akan meminta persetujuan menambah modal melalui penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue sebanyak 9,46 miliar saham dengan harga Rp 525 per unit atau senilai total Rp 4,97 triliun.

Dari total dana hasil rights issue yang bakal diraup Bakrie Sumatera, sekitar Rp 1,1 triliun akan digunakan untuk mengakuisisi 100% saham PT Domas Agrointi Prima, sedangkan Rp 3,16 triliun lainnya untuk menambah modal anak usaha.

Kecuali Domas Agrointi Prima, Bakrie Sumatera akan menguasai 0,4% saham PT Sawitmas Agro Perkasa, 100% saham PT Industama Perkasa, 100% saham PT Flora Sawita Chemindo, 100% saham PT Domas Agrointi Perkasa, dan 100% saham PT Domas Sawitinti Perdana.

Perusahaan lain yang bakal dicaplok Bakrie Sumatera adalah PT Monrad Intan Berakat (100%), PT Julang Oca Permana (100%), dan PT Citralaras Cipta Indonesia (100%). Bakrie Sumatera juga menganggarkan Rp 1,25 triliun dana hasil rights issue untuk pengembangan usaha di bisnis hulu dan sekitar Rp 450 miliar untuk tambahan modal kerja.

Sumber Penghasilan

Menggebu-gebunya keinginan Bakrie Sumatera mengakuisisi Domba Mas tergolong wajar. Jika berhasil menguasai produsen oleokimia berkapasitas produksi 140 ribu ton fatty alcohol per tahun tersebut, Bakrie Sumatera bakal menjadi produsen oleokimia terintegrasi nomor wahid di Indonesia.

Akuisisi ini diharapkan mampu menghasilkan sinergi dari integrasi vertikal dengan industri hulu yang telah dimiliki dan dikelola perseroan," ujar Direktur Utama Bakrie Sumatera Ambono Janurianto.

Manajemen Bakrie Sumatera pun yakin betul akuisisi Domba Mas akan membuat kocek perseroan semakin tebal. “Domba Mas akan mengontribusi kenaikan pendapatan dua kali lipat pada 2011,” kata Direktur Keuangan Bakrie Sumatera Harry M Nadir.

Dalam ancar-ancar Bahana Securities, pendapatan Bakrie Sumatera tahun ini tumbuh 22,07% menjadi Rp 2,62 triliun dibanding perkiraan tahun lalu Rp 2,15 triliun. “Laba bersihnya bakal naik 20,93% dari Rp 320 miliar menjadi Rp 387 miliar,” papar analis Bahana Securities Alfi Fadhliyah.

Domba Mas menguasai lahan sawit seluas 300 ribu ha di Sumatera Utara, Aceh, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Timur. Sekitar 175 ribu ha di antaranya merupakan tanaman kelapa sawit yang berproduksi.

Adapun Bakrie Sumatera mengelola 108.844 ha area tanam di Sumatera dan Kalimantan. Lahan seluas 18.832 ha atau sekitar 17% dari total area yang dikelola perseroan ditanami karet. Bakrie Sumatera juga tengah menanami area baru serta memperluas lahan di Kalimantan dan Sumatera.


Menjadi Racun

Begitu cemerlangkah proyeksi dan asumsi-asumsi kinerja Bakrie Sumetera jika sukses mengakuisisi Domba Mas? Tentu saja tidak. Akuisisi Domba Mas masih menyisakan sejumlah “catatan kaki”. Utang Domba Mas yang mencapai US$ 314 juta, misalnya, bisa menjadi “racun”.

Kewajiban Domba Mas meliputi utang kepada PT Bank Mandiri Tbk sebesar US$ 45 juta di pabrik acid dan US$ 78 juta di pabrik refinery. Perusahaan itu pun harus merestrukturisasi kewajiban US$ 151 juta kepada Credit Suisse di pabrik alkohol dan US$ 40 juta kepada produsen kosmetik global, Procter & Gamble (P&G).

Bila terlaksana, akuisisi Domba Mas akan membuat utang Bakrie Sumatera semakin tambun. Maklum, Bakrie bakal mewarisi utang Domba Mas yang harus direstrukturisasi. Padahal, utang Bakrie sudah lumayan besar. “Belum lagi jika perseroan mencari pinjaman dari bank atau menerbitkan obligasi,” ucap Kepala Riset Valbury Asia Securities Khrisna Setiawan.

Rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER) Bakrie Sumatera memang sudah lumayan tinggi, mencapai 42,77%. Angka itu di atas DER industri perkebunan yang hanya 32,38%. DER yang terlalu tinggi tentu saja bisa menggganggu kinerja keuangan perseroan.

Dan, ternyata, besarnya utang itulah yang konon membuat sejumlah calon pembeli Domba Mas di luar Bakrie Sumatera, mundur. Lagipula, harga Domba Mas dianggap kelewat mahal.

Adalah PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) yang dua tahun lalu berniat membeli Domba Mas. Cuma, gara-gara harga yang ditawarkan terlalu tinggi, “Proses akuisisi itu batal," tutur Sekretaris Perusahaan Gozco Liviana.

Harga Saham

Di luar soal utang, langkah Bakrie Sumatera mengakuisisi Domba Mas diyakini bakal membuat harga saham emiten bersandi UNSP itu kian berotot. Hanya saja, dalam jangka pendek, “Harga UNSP kemungkinan terpengaruh rights issue,” ujar analis Citi Pacific Sekuritas Hendri Effendi.

Dalam hitung-hitungan Bahana Securities, harga UNSP berpotensi menembus Rp 1.125 dengan asumsi price to earning ratio (PER) tahun ini mencapai 11,1 kali. Pada penutupan perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (15/1), saham UNSP ditutup melemah Rp 20 menjadi Rp 660.

Di luar isu akuisisi, Bakrie Sumatera sedang getol berbenah. Saat ini, misalnya, perusahaan itu sedang menuntaskan pengelolaan seluruh unit perkebunannya berdasarkan prinsip kelestarian lingkungan yang digariskan dalam Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO).

“Kami punya 14 unit perkebunan. Setiap tahun, kami akan mengajukan satu unit perkebunan untuk mendapatkan sertifikasi RSPO,” papar Head of Corporate Quality Bakrie Sumatera Efdy Ruzaly.

Bakrie Sumatera juga sedang merambah bisnis baru pembibitan kelapa sawit. Untuk maksud tersebut, perseroan segera membentuk anak usaha baru yang disebut Bakrie Agriculture Research Institute (BARI).

Kelak, bibit produksi BARI yang berasal dari varietas unggul, seperti Avros, Ekona, Ghana, Nigeria, Evolution, dan Compact, tak hanya dipasok untuk kebutuhan internal, tapi juga untuk dijual.

”Kami bekerja sama dengan ASD de Costa Rica sebagai penyedia tanaman induk,” ujar Seed Garden Project Manager Bakrie Sumatera Bambang Eka Syahputra. (abdul aziz)

0 komentar: