06.37

EXCL Excelcomindo Pratama Tbk

Operator Telekomunikasi Tidak Akan Perang Tarif Tahun Depan?


altOperator-operator telekomunikasi akan saling bersaing dalam penyediaan layanan yang berkualitas pada 2010 bukan perang tarif lantaran hal ini dinilai telah murah. Persaingan ini akan dilanjutkan dalam pemberian nilai tambah servis, inovasi, dan produk.


“Saya rasa lima tahun ke depan hanya akan ada sekitar lima pemain di industri ini. Mengapa karena industri ini padat modal dan untuk mencapai titik aman paling tidak harus bsa menguasai revenue share sekitar 20%, “ kata Hasnul Suhaimi, presdir PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) kepada Evi Ratnasari dan Sufri Yuliardi dari WartaEkonomi pada beberapa waktu lalu. Berikut petikannya.

Dari sisi pelanggan XL sudah mendekati Indosat. Nampaknya keinginan menjadi nomor dua di industri telekomunikasi dari sisi pelanggan akan segera terwujud. Apa strateginya?

Iya sedikit lagi memang. Per September pelanggan kita sekitar 26,6 juta pelanggan. Target saya sampai akhir tahun ini sekitar 30 juta pelanggan. Strateginya adalah know your customer, know your competitor, know your company, and give your customer what that want better then competitor. Itu saja kuncinya.

Bagaimana dengan kinerja perusahaan sampai September 2009?

Tahun lalu revenue (pendapatan) kita Rp 12,2 triliun atau tumbuh 45%, tahun ini pertumbuhannya sekitar 10%-12%-an. Tahun ini kecil karena pertumbuhan ekonomi juga tidak terlalu baik.

Dan jangan lupa pertumbuhan industri juga tidak besar, tumbuhnya hanya sekitar 7%-8%. Industri sembilan bulan pertama sekitar Rp50 triliun, sampai akhir tahun kemungkinan akan mencapai Rp 67 triliun-Rp70 triliun. Saat ini kita menguasai 18% market share dari total pendapatan industri.

Berapa besar taget pelanggan dan pendapatan yang ingin diraih tahun depan?

Masih belum bisa diungkapkan, yang jelas kita akan berusaha sebaik mugkin. Bagi saya yang terpenting adalah revenue (pendapatan) bukan jumlah pelanggan. Pelanggan susah dilihat karena ada yang aktif dan ada yang tidak. Tahun depan saya berharap pendapatan bisa tumbuh dua digit.

Apa Anda memang berambisi mengalahkan Indosat?

Tidak. Saya tidak berambisi mengalahkan Indosat. Saya hanya mau memberikan yang konsumen inginkan.

Ketika kita bisa memberikan apa yang diinginkan konsumen, maka posisi nomor dua atau nomor tiga merupakan hasil dari memberikan efek. Kalau kompetisinya melawan kompetitor maka kita akan lupa konsumen.

Apakah kita tumbuh karena Indosat turun, sebenarnya tidak kita tumbuh bersama-sama. Namum memang kita tumbuh paling besar.

Tahun lalu memang pendapatannya tinggi namun XL juga rugi sampai Rp15 miliar. Apa penyebab kerugian tersebut?

Iya pendapatan kita memang tumbuh sampai 45% tapi kita rugi sampai Rp15 miliar. Kerugian ini akibat kurs rupiah kebanyakan utang kita dalam bentuk dollar.

Kita punya utang banyak sekitar Rp1,8 triliun karena dollarnya naik utangnya sampai Rp20 triliun. Akhir tahun lalu dollar kurang lebih Rp11.000.

Jadi kalau dollar tahun ini lebih rendah dari tahun lalu kita beruntung. Jadi utang yang seolah-olah tinggi jadi turun dan itu diakui sebagai laba.

Jadi kalau dollar di Rp9.500 diakhir tahun maka kita akan mendapat keuntungan banyak. Sekitar Rp1 triliun lebih.

Tahun ini kontrak Anda seharusnya berakhir namum pemegang saham memperpanjang. Apa yang membuat pemegang saham melakukan ini?

Ada dua hal. Pertama karena memang menganggap apa yang saya janjikan dulu pada saat masuk saya bisa capai.

Kedua perusahaan ini adalah tempat kita bekerja dengan nyaman dan sistem jalan. Jadi kalau mereka mau memperpanjang saya siap.

Perusahaan tumbuh, saya senang, karyawan senang , penjualan bagus, brand-nya juga bagus, CSR juga jalan. Jadi sistem jalan. Sehingga saya diperpanjang sampai tiga tahun mendatang.

Sebelum kontrak saya berakhir sudah diperpanjang duluan. Sebenarnya kontrak saya berakhir pada September 2009, namun April 2009 sudah diperpanjang.

Apa sebenarnya yang Anda janjikan kepada pemegang saham?

Mereka katakan jadikan perusahaan ini (XL, red) menjadi strong (kuat) nomor dua atau tiga. Saya bisa menjadikan XL strong, nomor tiga.

Saat Anda bergabung dengan XL, bukankah posisinya memang sudah nomor tiga?

Iya tapi pada saat itu tidak strong. Strong-nya dilihat dari jarak antara nomor dua dan tiga dulu jauh sekali.

Dulu pada saat saya masuk revenue share XL hanya 11% atau hanya Rp6,5 trilium sedangkan Indosat 22%. Saat ini antara nomor dua dan tiga sudah mepet sekitar 18%-an.

Perusahaan telekomunikasi kalau share-nya di bawah 20% itu akan susah. Sekarang ini tugas kita untuk mencapai 20% biar aman. Jadi tidak mengejar nomor dua atau tiga saja tapi mengejar revenue share sampai 20%. Untuk itu kita harus tahu apa yang dibutuhkan masyarakat.

Bagaiman Anda mengetahui apa yang diinginkan pelanggan?

Kita lakukan riset. Pada 2006 saat saya banyak risetnya banyak tapi tidak match. Saya bilang cek lagi dengan datang ke pasar dan selami apa maunya pasar.

Ternyata hasil riset itu sedikit berbeda dengan yang diinginkan pasar. Pasar tidak butuh harga murah tapi super murah.

Jadi pada saat 2006 kita menurunkan harga itu tidak berfungsi sampai 2007 bulan juni. Turun dari Rp1.500/menit menjadi Rp25/detik menjadi Rp10/detik.

Sebenarnya seperti jualan baju, ketika diberi diskon 10%, orang masih berpikir untuk membeli. Dikasih diskon 20% mulai melirik.

Diskon 50% mulai banyak orang membeli begitu dikasih 70% orang rebutan beli. Itu ternyata yang dibutuhkan orang.

Makanya pada saat itu kita coba kasih yang agresif. Dari Rp 10/detik menjadi Rp 1/detik. Begitu dikasih harga Rp1/detik, kita tumbuh terus.

Penurunan tarif dengan agresif ini bukankah justru merusak pasar?

Menurut orang merusak pasar karena mereka tidak sangup mengantisipasi jumlah pelanggan yang membeludak. Tapi menurut kita tidak, karena kita sudah siap mengantisipasinya.

Lagi pula masing-masing punya pasar. Tidak usah khawatir cara ini akan menghilangkan yang lain.

Saat ini XL juga agresif melawan CDMA?

Ya biar yang berkompetisi itu tidak bertiga saja. Selama ini kan yang bertarung cuma bertiga.

Akan di bawa kemana XL tiga tahun ke depan oleh Anda?

Tantangannya adalah bagaimana kemudian XL dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan di tengah kompetisi dunia telekomunikasi yang kian agresif dan kompetitif. Semakin banyak pemain, semakin sempit lahan bermainnya. Saya ingin mempersiapkan XL menghadapi tantangan ke depan nanti. XL harus bisa berkembang dan tumbuh lebih cepat dari pasar.

Mengapa XL tidak ikut tender BWA?

Karena kita ingin fokus. Kita ingin mengembangkan lebih lanjut 3G dan 3,5 G.

Tapi bukankah BWA ancaman bagi industri seluler?

Ada yang mengatakan sebagai ancaman dan ada yang mengatakan keadaan BWA untuk saling melengkapi. Bagi yang lebih sering di rumah baiknya menggunakan BWA tapi bagi yang sering keluar rumah dan mobile ya seluler.

Kabarnya Singtel berniat membeli XL?.

Saya belum dengar itu. Lagi pula saya rasa Singtel tidak akan membeli membeli XL karena akan kena sanksi KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) akibat kepemilikan silang. Saat ini kan Singtel telah memiliki saham di Telkomsel.

Saat Anda masuk XL, Bapak Rudiantara malah keluar. Apa benar karena kehadiran Anda di XL yang membuat dia keluar?

Setahu saya Bapak Rudiantara itu orangya dinamis dan ingin mencoba industri yang berbeda. Contohnya saja dulu dari XL ke semen dan sekarang pindah ke PLN.

Anda tidak tertarik untuk pindah ke industri lain selain telekomunikasi?

Kontrak saya akan berakhir tiga tahun mendatang. Pada saat itu usia saya sudah 55 tahun. Saya rasa sudah saatnya saya pensiun.

Setelah pensiun saya ingin membuka perusahaan konsultan atau mengajar. Membagi pengalaman dan pengetahuan yang saya punya. Tapi sebenarnya sebelum saya masuk ke industri telekomunikasi saya pernah bekerja di perusahaan minyak Schlumberger.

Apa yang membuat Anda waktu itu memutuskan untuk pindah ke industri telekomunikasi?

Karena harga minyak yang turun. Pada saat itu gaji saya dipotong dan ini tidak baik secara psikologis.

Lalu saya diteriman di Indosat. Padahal di Indosat gajinya jauh lebih kecil. Saat di Indosat pun ada keinginan unuk pindah karena biasa menerima gaji besar tiba-tiba kecil.

Tapi ada teman yang mengatakan tidak baik kalau sering pindah atau jadi kutu loncat. Tidak baik untuk karir. Saya pikir-pikir memang benar juga jadi saya tetap bertahan di Indosat.

Namun Anda sempat juga pindah ke Telkomsel?

Saya di Telkomsel diperbantukan. Pada waktu di Indosat, saya sempat ditugaskan ke Telkomsel yang saat itu menjadi anak usaha Indosat sebagai Direktur Niaga, lalu ke IM3.

Jadi kelihatannya seolah-olah sudah di Telkomsel, Indosat, IM3, lalu XL. Sebenarnya selama karir saya saya baru dua kali pindah. Dari Schlumberger ke Indosat lalu ke XL.

Apa yang membuat Anda berpindah ke XL?

Awalnya saya tidak tertarik. Pada saat itu XL masih kecil baik dari sisi pendapatan dan pelanggan.

Namun setelah saya pikir-pikir jangan melihat perusahaannya. Namun melihat tantangannya. Kebeutulan saya juga punya chemestry yang sama dengan pemegang saham.

Seperti apa kompetisi industri seluler tahun depan dan lima tahun kedepan?

Tahun depan kompetisinya sudah bukan di tarif lagi karena tarif sudah sangat murah. Kompetisinya sudah masuk ke kualitas.

Harga turun dan kualitas yang bermain. Kalau coverage sudah imbang, harga sudah mulai sama, kualitas sudah mulai sama, maka nilai tambah yang berperan.

Yang bertahan adalah siapa yang sanggup memberikan nilai tambah pada produknya. Bisa nilai tambah servis, inovasi, baru produk.

Mungkin bisa dipadukan antara voice, short message service/sms, dan value services, seperti akses internet, televisi, atau content kreativitas yang menarik, bahkan menggunakan video. Dari jumlah pelakunya juga akan semakin kecil. Tidak akan sebanyak saat ini.

Saya rasa lima tahun ke depan hanya akan ada sekitar lima pemain di industri ini. Mengapa karena industri ini padat modal dan untuk mencapai titik aman paling tidak harus bsa menguasai revenue share sekitar 20%.

0 komentar: