06.17

Indeks Bisnis-27

Meneropong Indeks Bisnis-27; Saham – Saham Pilihan dengan Kinerja Prima

Indeks Bisnis-27 adalah indeks harga saham yang diluncurkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bisnis Indonesia pada tanggal 27 Januari 2009 lalu. Walaupun umur indeks saham ini masih baru, oleh BEI diharapkan dapat menjadi salah satu indikator bagi para investor dalam berinvestasi di Pasar Modal Indonesia.

Bursa Efek Indonesia dan Harian Bisnis Indonesia secara rutin akan memantau komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks. Review dan pergantian emiten yang masuk dalam perhitungan indeks Bisnis-27 dilakukan setiap 6 bulan yaitu setiap awal Februari dan Agustus.

Indeks Bisnis-27 terdiri dari 27 saham yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental dan teknikal atau likuiditas. , sebagai berikut:

1. Kriteria Fundamental
Beberapa faktor fundamental yang dipertimbangkan dalam pemilihan saham adalah Laba Usaha, Laba Bersih, ROA, ROE dan DER. Khusus untuk emiten Perbankan akan dipertimbangkan juga faktor LDR dan CAR.

2. Kriteria Teknikal atau Likuiditas Transaksi
Beberapa faktor teknikal yang dipertimbangkan adalah hari transaksi, nilai, volume dan frekuensi transaksi serta kapitalisasi pasar.

Dalam pemilihan saham Indeks Bisnis-27 juga mendapat masukan dan pertimbangan dari Komite Indeks Bisnis-27 yang terdiri dari para ahli dan profesional di pasar modal.

Berikut adalah saham-saham yang terpilih menjadi konstituen indeks Bisnis-27 saat ini:


Saham – Saham Bisnis-27 Mendatangkan Keuntungan yang Menggiurkan




Hari dasar yang digunakan adalah tanggal 28 Desember 2004 dengan nilai indeks 100. Pada saat pertama kali diluncurkan, indeks Bisnis-27 dibuka pada level 119,277 dan secara keseluruhan terus berada dalam tren positif sampai saat ini. Indeks Bisnis-27 sempat mencapai level tertingginya saat ini di 234,327 dan sampai pada tanggal 12 November 2009, indeks Bisnis-27 berada pada level 224,067.

Berikut adalah emiten Top Five Gainer dalam indeks Bisnis-27 periode Agustus – November 2009 :





Seperti yang kita tahu bahwa saat ini yang sedang marak adalah sektor pertambangan, namun mengapa emiten pertambangan justru tidak mendominasi? Hal ini dikarenakan harga – harga saham pertambangan beberapa bulan terakhir memang sedang mengalami masa konsolidasi, dimana selama periode 2008 – 2009 telah naik sangat tinggi.

Selain Pertambangan, Sektor Apakah yang Juga Bertumbuh Pesat ?

Jawabannya adalah sektor jasa, dimana saat ini tercatat mewakili 37,5% dari total GDP Indonesia, meningkat dari tahun 2006 yang hampir mencapai 30%. Bukan saja Indonesia, negara tetangga Australia, justru 68% GDP-nya didominasi oleh sektor perjasaan. Di zona Eropa, sektor jasa pun berkontribusi sebesar 70% terhadap GDP negara Jerman. Ini mencerminkan betapa besar kontribusi sektor jasa dalam menghadapi krisis ekonomi global saat ini.

Coba kita pikirkan, negara mana saja yang saat ini dinilai telah berhasil keluar dari resesi? antara lain adalah negara Jerman dan Australia. Negara yang terlalu bergantung pada sektor ekspor pada saat krisis 2008 terjadi justru mengalami keterpurukan, misalnya negara Jepang.



Khususnya kita lihat PT.United Tractors Tbk (UNTR) yang berhasil survive di tengah krisis global. Tingginya kinerja dari ketiga bisnis usaha UNTR yaitu mesin konstruksi, kontraktor penambangan dan usaha pertambangan didorong oleh peningkatan kegiatan usaha pada sektor-sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan dan konstruksi. Kondisi tersebut membuat UNTR memperoleh pendapatan 2008 sebesar Rp 18,2 triliun dengan laba usaha mencapai Rp 2,4 triliun.

Sampai juli 2009, anak usaha PT astra international tbk (ASII) ini ternyata hanya mampu menjual alat berat bermerek komatsu sebanyak 1710 unit akibat krisis yang terjadi, padahal setahun lalu UNTR bisa melepas 2995 unit alat berat. Namun kinerja UNTR tertolong oleh bisnis suku cadang dan pemeliharaannya (parts & service), sampai semester pertama 2009 lalu bisnis ini sudah menyumbangkan pendapatan sebesar 1,79 triliun Rupiah atau naik 23% dari tahun lalu dan diperkirakan akan terus bertumbuh.

Adanya tren pertumbuhan usaha di sektor pertambangan, perkebunan, konstruksi, kehutanan, material handling dan transportasi menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan komoditas. Harga yang tinggi dan rencana ekspansi para pelaku bisnis membuat UNTR yakin bahwa permintaan produk dan jasa di masa yang akan datang akan meningkat.

Walaupun kinerja UNTR tahun 2009 ini diperkirakan masih dalam tekanan resesi dunia, namun untuk jangka panjang kebutuhan alat berat dan kontraktor pertambangan batubara akan kembali menguat seiring dengan pemulihan ekonomi global, sehingga akan berdampak positif bagi kinerja UNTR di masa depan.


0 komentar: