06.58

UNSP Bakrie Sumatera Plantation Tbk,

Jika Domba Mas Jatuh ke Pangkuan Bakrie Sumatera Cetak halaman ini Kirim halaman ini ke teman via E-mail

Kocek PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) bakal semakin gembung. Itu jika emiten bersandi saham UNSP ini sukses mengakuisisi PT Domba Mas Agro Inti Prima. Tapi, benarkah saham UNSP bakal tak berotot jika dana akuisisi diperoleh dari hasil rights issue?
Bakrie Sumatera Plantations sedang menyiapkan rencana besar, yakni mengakuisisi PT Domba Mas Agro Inti Prima, produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan oleokimia milik Grup Domba Mas.
Jika terealisasi, pundi-pundi Bakrie Sumatera diyakini bakal melembung. Gerak-gerik saham perusahaan di bawah bendera Grup Bakrie ini pun diramalkan secemerlang prospek bisnisnya.
“Akuisisi Domba Mas akan meningkatkan pendapatan Bakrie Sumatera. Jadi, akuisisi tersebut akan berdampak positif untuk jangka pendek dan menengah,” kata analis Citi Pacific Sekuritas Hendri Effendi.
Bakrie Sumatera menjadi pemimpin konsorsium dari sejumlah perusahaan lokal dan asing untuk mengakuisisi 100% saham Domba Mas. Perseroan tengah memfinalisasi pembelian saham perusahaan tersebut senilai US$ 500 juta.
Meski Domba Mas Group terlilit utang hingga Rp 3,3 triliun kepada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), akuisisi itu diyakini tak terlalu bermasalah. “Selama Domba Mas memiliki fundamental dan aset yang memadai serta mampu mengontribusi pendapatan, dampaknya tetap bagus bagi Bakrie Sumatera,” papar Hendri Effendi.
Sekadar informasi, Domba Mas menguasai lahan sawit seluas 300 ribu hektare (ha) di Sumatera Utara, Aceh, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, dan Kalimantan Timur. Sekitar 175 ribu ha di antaranya merupakan tanaman kelapa sawit yang berproduksi.
Adapun Bakrie Sumatera mengelola 108.844 ha area tanam di Sumatera dan Kalimantan. Lahan seluas 18.832 ha atau sekitar 17% dari total area yang dikelola perseroan ditanami karet. Bakrie Sumatera juga tengah menanami area baru di Kalimantan dan Sumatera.
Dari Rights Issue
Bakrie Sumatera Plantations disebut-sebut membutuhkan dana sedikitnya US$ 500 juta atau sekitar Rp 5 triliun untuk mengakuisisi Domba Mas Agro Inti Prima. Guna menghimpun dana akuisisi, Bakrie Sumatera bakal menerbitkan saham baru alias rights issue.
Penerbitan tersebut dilakukan dengan cara mengeluarkan saham dari portepel atau simpanan perseroan disertai waran seri II. Untuk maksud tersebut, manajemen Bakrie Sumatera akan meminta persetujuan pemegang saham pada 13 Januari 2010.
Lewat rights issue, Bakrie Sumatera memang akan meraup banyak dana segar. “Tapi investor terlihat masih berhati-hati terhadap rencana tersebut. Secara historis, rights issue akan merugikan investor yang tidak melaksanakan haknya karena porsi persentase kepemilikan di perusahaan berkurang,” tutur Hendri Effendi.
Apakah itu berarti harga saham emiten berkode UNSP ini bakal amblas? “Gerak saham Bakrie Sumatera akan ditentukan harga saham teoritis rights issue. Sebelum penentuan harga rights issue akan ada aksi spekulasi beli dari investor untuk mengantisipasi pembentukan harga,” tandas Hendri.
Ke depan, tentu saja kinerja saham Bakrie Sumatera masih akan ditentukan perkembangan harga CPO serta kemampuan perseroan mengatur volume produksinya. Yang pasti, setelah mengakuisisi Domba Mas dan harga CPO menguat, pendapatan Bakrie Sumatera diestimasikan naik berlipat.
Di luar akuisisi Domba Mas, Bakrie Sumatera juga berencana ekspansi perkebunan sawit dan karet seluas 4.000 ha ke Liberia, Afrika Barat. Perseroan telah menghabiskan dana awal Rp 93,1 miliar untuk biaya lisensi dan studi lapangan. “Kami akan ekspansi ke Liberia dengan investasi sekitar US$ 250 juta,” ucap Direktur Keuangan Bakrie Sumatera Harry M Nadir.
Bakrie Sumatera konon bakal menggandeng International Finance Corporation (IFC), anak usaha Bank Dunia, untuk berinvestasi di negara yang terletak di pantai barat Afrika itu.
Salah satu alasan Bakrie Sumatera ekspansi ke Liberia adalah mencari lahan investasi alternatif yang lebih murah. Liberia juga memiliki kondisi cuaca yang hampir sama dan biaya pengapalan yang lebih rendah untuk pasar Eropa dan Amerika Serikat (AS).
“Seiring strategi bisnis Bakrie Sumatera yang kian agresif, tahun depan merupakan masa konsolidasi karena perseroan baru akan mengatur area yang diakuisisi,” kata analis Bahana Securities Alfi Fadhliyah.
Bahana Securities menargetkan tahun depan pendapatan Bakrie Sumatera naik 22,07% menjadi Rp 2,62 triliun dari perkiraan tahun ini Rp 2,15 triliun. Laba usaha perseroan akan tumbuh 25,16% dari Rp 457 miliar menjadi Rp 572 miliar, sedangkan laba bersih diestimasikan tumbuh 20,93% dari Rp 320 miliar menjadi Rp 387 miliar.
Berpeluang Menguat
Bagaimana dengan harga saham UNSP di lantai bursa? “Harga saham Bakrie Sumatera berpotensi mencapai Rp 1.125 atau lebih tinggi dibanding target awal Rp 1.075,” ujar Alfi Fadhliyah.
Bahana Securities menetapkan asumsi harga tersebut berdasarkan pertimbangan price to earning ratio (PER) tahun depan sebanyak 11,1 kali. Kondisi itu juga merepresentasikan diskon 40% terhadap PER produsen CPO di Malaysia sebesar 18,5 kali pada 2010.
Cuma, dibanding pesaingnya di pasar lokal, harga saham Bakrie Sumatera justru jatuh 71% dari posisi tertingginya Rp 2.825 pada pertengahan Januari 2008. Alhasil, UNSP tercatat sebagai saham kedua termurah di sektor CPO setelah saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA).

0 komentar: