07.09

BBCA Bank Central Asia Tbk

PT Bank Central Asia Tbk.: Jatuh Bangun Mengejar Keabadian

Bank berusia 52 tahun ini berhasil melewati ujian terberatnya pada masa krisis 1997. Pemanfaatan teknologi informasi menjadi andalan.

Pada 21 Februari 1957 BCA resmi berdiri dengan nama Bank Central Asia NV. Bank yang didirikan oleh Sudono Salim ini sekarang dikenal sebagai bank yang memanfaatkan betul teknologi informasi untuk layanan perbankannya. Ia punya jaringan ATM sendiri.

Kini, BCA memiliki lebih dari 8 juta rekening nasabah yang dilayani oleh 852 cabang, 6.137 ATM, dan 80.293 EDC (Electronic Data Capture) yang tersebar di seluruh Indonesia. BCA juga mengembangkan layanan perbankan melalui internet dan telepon selular.

Tahun 2009 ini BCA berencana menambah 700 ATM dengan nilai investasi sekitar US$10 juta.

Dengan usianya yang telah melewati setengah abad, BCA sudah melalui banyak rintangan.

Salah satu yang terberat adalah saat krisis moneter 1997. Ketika itu BCA mengalami penarikan dana nasabah secara besar-besaran (rush) yang dipicu krisis kepercayaan kepada dunia perbankan. Akibatnya, BCA diambil alih oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), pada 1998.

Setelah diambil alih BPPN, pada tahun yang sama kinerja BCA berhasil pulih. Pada Desember 1998, dana pihak ketiga telah kembali ke tingkat sebelum krisis.

Aset BCA mencapai Rp67,93 triliun, padahal pada Desember 1997 hanya Rp53,36 triliun.

Pada 2000, BCA melakukan penawaran saham perdana. Mereka menjual 22,55% saham yang berasal dari divestasi BPPN. Kejutan terjadi pada 2002 ketika BPPN melepas 51% sahamnya di BCA melalui tender penempatan privat yang strategis.

Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Farindo sendiri 90% sahamnya dimiliki Farallon Capital, sementara sisanya ada di tangan dua bos Djarum, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, melalui Alaerka Investment.

Anthony Salim, pemilik lama BCA, masih menguasai 1,76% saham.

Pada kuartal I-2009 BCA berhasil membukukan kinerja keuangan yang baik. Laba bersih naik 41,8% menjadi Rp1,63 triliun dari periode yang sama tahun lalu yang cuma Rp1,15 triliun.

Sayangnya, kenaikan laba ini juga diikuti dengan kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL) menjadi 1,6%. Selain itu, total kredit yang dikucurkan turun Rp5,5 triliun menjadi Rp107,27 triliun pada kuartal I-2009. "Adapun penurunan kredit lebih karena faktor siklikal, karena pada awal tahun banyak emiten yang melunasi kredit," tutur Djohan Emir Setijoso, direktur utama PT Bank Central Asia Tbk., seperti dikutip Bisnis Indonesia.

0 komentar: