22.16

DAVO Davomas Abadi Tbk

Kuartal I, DAVO Rugi Rp 837,45 M

Sekarang adalah tahun yang berat bagi PT Davomas Abadi Tbk (DAVO). Tiga bulan pertama tahun ini, kinerja keuangan produsen kakao dan bubuk cokelat terbesar di Indonesia itu rugi besar.

Dalam laporan keuangan kuartal pertama 2009 yang baru terbit kemarin (9/7), Davomas mencatatkan kerugian bersih senilai Rp 837,45 miliar. Padahal dalam periode yang sama tahun lalu, DAVO masih bisa mencicipi laba bersih Rp 111,52 miliar.

Jika membandingkan dengan total kerugian selama 2008, kerugian tiga bulan pertama tahun ini juga naik berlipat-lipat. Selama tahun lalu, kerugian bersih DAVO baru senilai Rp 510,651 miliar.

Tak ada penjelasan dari manajemen DAVO soal penurunan kinerja mereka ini. Sekretaris Perusahaan DAVO Hasiem Wily tak menjawab sambungan telepon maupun pesan pendek dari KONTAN. Namun dari laporan keuangan DAVO terlihat, salah satu penyebab penurunan kinerja keuangan produsen cokelat bubuk itu adalah karena penjualan mereka selama tiga bulan pertama 2009 merosot drastis dari tahun lalu.

DAVO hanya mampu meraih penjual Rp 349,72 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Sementara pada periode sama 2008 penjualan DAVO mencapai Rp 820,60 miliar. Ini sama saja penjualan DAVO anjlok 57,38%.

Beban DAVO makin berat lantaran mereka juga harus menanggung beban kerugian kurs Rp 122,03 miliar. Beban rugi kurs ini berasal dari obligasi terbitan anak usaha DAVO, Davomas International Finance Company Pte. Ltd. senilai US$ 238 juta.

Wakil Kepala Riset dan Analis Valbury Asia Futures Nico Omer Jockenhere tidak heran apabila DAVO masih merugi besar. "Ini sesuai perkiraan karena penjualan mereka menurun drastis," katanya.

Obligasi gagal bayar

Penurunan kinerja DAVO ini juga akan makin menyulitkannya menyelesaikan pembayaran pokok dan bunga obligasi DAVO. Mei lalu, DAVO sudah tidak membayar bunga obligasi sebesar US$ 13,09 juta.

Dalam laporan keuangan kuartal pertama 2009, manajemen DAVO mengakui sudah tidak membayar bunga obligasi itu. Bahkan gara-gara tidak membayar bunga obligasi tersebut, kreditur mereka telah menyatakan DAVO sudah gagal bayar serta menyatakan wanprestasi.

Sebelumnya, manajemen DAVO menyatakan tengah menyiapkan skema restrukturisasi obligasi yang bakal jatuh tempo pada tanggal 8 Mei 2011 tersebut. Davomas sudah menunjuk ING Bank NV Singapura untuk membantu mereka merumuskan skema restrukturisasi utang obligasi dalam dolar tersebut. Targetnya proposal restrukturisasi obligasi tersebut sudah tuntas dalam bulan ini juga.

Nico mengatakan, selain meminta restrukturisasi dari pemegang obligasi, DAVO juga harus mencari pendanaan baru guna menyelamatkan perusahaan tersebut dari kepailitan. Sebab, isi kas internal DAVO makin menipis. Per kuartal pertama 2009, kas DAVO tercatat berisi sekitar Rp 260,41 miliar. Padahal akhir tahun lalu, saldo kas Davomas masih mencapai Rp 710,24 miliar.

Nico menduga, DAVO akan meminta perpanjangan tenor jatuh tempo dan keringanan pembayaran bunga obligasi. Dengan tren penurunan suku bunga saat ini, "Peluang untuk keringanan bunga obligasi cukup besar," ujarnya.

Pengamat pasar modal Willy Sanjaya menambahkan, manajemen Davomas juga harus bekerja keras meyakinkan pemegang obligasi supaya mereka menyetujui usulan restrukturisasi obligasi yang mereka tawarkan. "Sebab kondisi keuangan DAVO tidak memuaskan pada kuartal pertama tahun ini," imbuhnya.

0 komentar: