06.08

MEDC Medco International Tbk

PT Medco Energi International has used Rp1.2tn proceed from Bond II/2009 for capex and working capital amounting to Rp885.36bn and Rp326.4bn respectively.

(15/7/09) Medco melalui laporan tertulisnya ke Bursa Efek Indonesia, mengumumkan telah melunasi utang obligasi I terbitan 2004 yang jatuh tempo 12 Juli lalu. Pembayaran obligasi senilai Rp 1,35 triliun tersebut menggunakan kas internal.

Obligasi tersebut awalnya bernilai Rp 1,6 triliun dengan jangka waktu lima tahun dan kupon bunga 13,125% per tahun. Namun, MEDC sebelumnya telah membeli sebagian obligasi tersebut (buy back) dalam dua tahap, pertama buy back senilai Rp 200 miliar dan kedua pembelian sebesar Rp 37,73 miliar.

Pelunasan utang obligasi ini mengindikasikan keberhasilan manajemen menekan angka debt to equity ratio (DER) perusahaan menjadi 0,9 kali. Adapun DER Medco sebelumnya hanya 1 kali, paska penerbitan obligasi kedua 2009 pada 18 Juni lalu, senilai Rp 1,5 triliun. Turunnya DER ini akan meningkatkan kinerja perseroan.

Selain itu, MEDC juga akan menyetujui pembagian dividen tunai US$ 50 juta atau US$ 0,015 per saham untuk laba 2008 sebesar US$ 280,204 juta. Sisa laba akan ditempatkan dalam saldo laba ditahan untuk modal kerja dan investasi. Dividen dibagikan 21 Agustus 2009 bagi pemegang saham yang tercatat per 6 Agustus 2009.

Emiten migas ini juga menyatakan konsistensinya melaksanakan proyek gas Senoro di Sulawesi Tengah, setelah ketidakjelasan masalah pengalokasian hasil produksi gas.

Seperti diketahui, lapangan Senoro-Donggi yang dikelola konsorsium Pertamina, Medco, dan Mitsubishi gagal menjajaki kerjasama dengan Chubu Electric Power dan Kansai Electric Power di Jepang. Kegagalan ini disebabkan tidak adanya persetujuan pemerintah hingga akhir batas waktu 31 Maret lalu.

Proyek ini juga terhambat wacana bahwa produksi gas Senoro hanya untuk pasar domestik. MEDC juga mengumumkan akan menuntaskan penjualan Blok Kakap, meskipun harganya masih di bawah penjualan anak usahanya lainnya, PT Apexindo Pratama Duta (APEX) senilai US$ 340 juta. Langkah penjualan tersebut akan menaikkan kas perseroan.

Dalam tiga bulan pertama tahun ini, Medco mencatatkan penurunan nilai penjualan dan pendapatan usaha lainnya hingga 62,66%, dari US$ 361,33 juta menjadi US$ 134,91 juta. Alhasil, laba bersih Medco kuartal pertama 2009 anjlok 66,73% menjadi cuma US$ 7,55 juta. Setahun sebelumnya perusahaan ini masih mendulang laba bersih US$ 22,69 juta.

Selain itu, penjualan minyak dan gas juga turun 59,13% menjadi US$ 92,99 juta. Setelah pada kuartal pertama 2008 lalu, penjualan minyak dan gas Medco masih mencapai US$ 227,53 juta. Hal ini dipicu mersotnya harga minyak mentah dunia.

Manajemen Medco memperkirakan kinerja tahun ini akan melambat, seiring harga minyak yang turun. Oleh karena itu, Medco menurunkan belanja modal tahun ini menjadi US$ 200-250 Juta dari sebelumnya US$ 370 juta. Hal ini karena MEDC akan mengurangi sejumlah eksplorasi tahun ini seperti di Blok Simenggaris, Bengkanai dan Libya.

Untuk mengatasi volatillitas harga komoditas itu, Medco mengembangkan portfolio bisnis non Migas yang cukup gencar sehingga dapat memberi kontribusi positif bagi kinerja perseroan.

Salah satunya adalah mengakuisisi perusahaan tambang batubara PT Duta Tambang Sumber Alam (DTSA) dan PT Duta Tambang Rekayasa (DTR) senilai US$ 886 ribu, melalui anak usahanya, PT Medco Energi Mining Internasional.

DTSA dan DTR memiliki kuasa pertambangan di Kalimantan Timur, dengan potensi produksi batubara berkalori tinggi 500 ribu ton per tahun. Nilai transaksi itu hanya 0,12% dari ekuitas MEDC sebesar US$ 733,15 juta dan 0,07% dari pendapatan US$ 1,29 miliar sehingga bukan transaksi material dan tidak membutuhkan persetujuan pemegang saham.

MEDC juga masih terus menjajaki kemungkinan konsensi pertambangan batu bara dan mineral lain sebagai upaya diversifikasi usaha dan meningkatkan kinerja perseroan.

Usaha MedcoEnergi termasuk dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, dan aktivititas energi lainnya, seperti usaha pengeboran darat dan lepas pantai, produksi metanol, produksi LPG dan pembangkit tenaga listrik, serta melakukan investasi (langsung dan tidak langsung) pada anak perusahaan.

Saat ini MedcoEnergi beroperasi di 21 wilayah kerja minyak dan gas yang tersebar dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua hingga Oman, Libya dan Amerika Serikat.

50,7% saham MEDC atau 1,689 juta lembar saham dikuasai Encore Energy Pte. Ltd dengan nilai US$ 51,29 juta.

48,34% atau 1,611 juta lembar saham senilai US$ 48,9 juta, dimiliki publik.
Sisanya dikuasai PT Medco Duta dan PT Multifabrindo Gemilang

Penundaan 3 Proyek Medco

Sebelumnya, diberitakan perseroan menunda ketiga proyek senilai US$3 miliar. Penundaan itu dilakukan akibat belum adanya persetujuan dari pemerintah dan kesepakatan harga jual listrik kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN). Perseroan juga menunda proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) senilai US$600 juta. Belum lagi, perseroan juga menunda proyek pembangunan kilang gas alam cair di Senoro, Sulawesi Tengah dengan nilai investasi sebesar US$1,8 miliar.

Selain itu, ada juga penundaan terhadap proyek pengembangan Blok A di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) senilai US$600 juta. Perseroan menganggarkan modal belanja kerja atau capes sebesar US$200 juta dari kas internal dan sisanya hasil penerbitan obligasi mencapai US$100 juta

0 komentar: